Perjumpaan tanpa harap

  • 0
Rindu
Terkadang lebih hebat daripada akal pikirku
Meruntuhkan segala argumen dan keteranganku
Tentang rindu, tentang dirimu

Seperti dua bilah rel yang saling menyimpan rindu
untuk saling bertemu
mengejar mimpi di ujung horizon
menapaki jalan panjang, terus berjalan
mengejar harapan
yang tak pernah jadi kenyataan


Seringkali hati membisikkan harapan
akan sebuah perjumpaan

maka rindu mengintip perlahan
di antara celah-celah dinding perbatasan
batasan antara kita, yang kau ciptakan

Dan diantara sejumlah perjumpaan
kita dihadapkan pada ujian keikhlasan
Bilamana dipertemukan
Akankah kita bertahan?

Seringkali perjumpaan tanpa harapan
Lebih sering terjadi, tiada kesengajaan
Tidak dipertemukan ketika ingin
tapi berjumpa ketika hati telah mendingin

Agaknya itu yang terbaik untuk saat ini
terbiasa dengan tanpa sengaja
agar tidak bergantung hati ini,
dan jalani hari dengan biasa
jika saja harapan itu selalu terjadi
mungkin sekarang tidak ada lagi kata terjaga


Perjumpaan tanpa harap
terkadang lebih menjaga keutuhan rasa,
dan membuktikan kemurnian cinta
Jika harap menjadi penghalangnya
biarkan keikhlasan yang melepaskan ikatannya


Allah tahu betapa lemahnya hati ini
jika saja harapan akan perjumpaan selalu terpenuhi
mungkin tidak hanya hati yang terkotori
tapi juga raga yang akan ternodai

Punggung awan, sepulang dari Kota Tua
18 Rabiul Awal 1434H - 11:45

-IFR-

Modal spiritual, modal sukses perusahaan di masa depan

  • 0

Telkom baru-baru ini membentuk satu Unit Kerja baru dibawah Direktorat Human Capital & General Affair, yang mengelola pembinaan karakter untuk karyawan Telkom, yaitu Unit Spiritual Capital Management.

Malam ini tidak biasanya Masjid Al-Murosalah, masjid di komplek Telkom Learning Center (sekarang berubah menjadi Telkom Corporate University) ramai dipenuhi jamaah Shalat selain Shalat Jumat, biasanya paling banyak cuman 2 Shaf, itu juga isinya anak-anak yang belajar ngaji selepas Maghrib.

Masjid mendadak penuh hingga 6 shaf, dan sayangnya saya kebagian shaf paling belakang. Tidak apa-apa, yang penting tidak ketinggalan rakaat pertama hehe.

Setelah diselidiki, ternyata pada hari ini sang tuan rumah-Telkom memang sedang mengadakan acara, entah acara apa itu. Namun dilihat sekilas dari jamaah yang hadir, kebanyakan adalah bapak-bapak dan ibu-ibu berseragam dan pakaian rapi, sepertinya mereka karyawan Telkom. Mungkin pelatihan atau seminar, pikir saya karena memang TLC ini adalah fasilitas training milik PT.Telkom yang selalu saja ramai dengan kegiatan pelatihan. Bahkan seringkali digunakan untuk rapat dan pameran baik oleh Telkom Group maupun Instansi lain seperti pemerintah dan perusahaan telekomunikasi.

Selepas Shalat Isya, saya berniat untuk segera kembali ke rumah karena esok pagi harus ngantor di Kampus Dayeuhkolot (ceritanya magang di salah satu unit kampus), namun rasa penasaran pun akhirnya menghambat saya untuk melangkah. Beruntung, tidak lama kemudian DKM menghimbau kepada para jamaah untuk tidak meninggalkan masjid, karena akan ada kegiatan setelah ini. Wah, mungkin jawabannya ada di sini :D

Oke, mari duduk manis dan lihat apa yang akan terjadi ......

**


Telkom baru-baru ini membentuk satu Unit Kerja baru dibawah Direktorat Human Capital & General Affair, yang mengelola pembinaan karakter untuk karyawan Telkom, yaitu Unit Spiritual Capital Management.

Unit Kerja ini baru dibentuk sekitar bulan Oktober lalu, yang kemudian mengawali kegiatannya dengan mengadakan Training bertema "Spirituality in Work" yang dilaksanakan mulai hari ini, Rabu (15/01) hingga Kamis (16/01) bertempat di Kompleks Telkom Training Center, Bandung.

"Tugas utamanya adalah membangun pendidikan karakter karyawan Telkom di seluruh Indonesia. Programnya melalui dua pendekatan: pembinaan secara formal, yang dilaksanakan mulai malam ini, kemudian pembinaan secara fungsional melalui masjid", terang Yusuf.

Rangkaian kegiatan Training ini dibuka dengan sambutan dan perkenalan yang dilaksanakan selepas Shalat Isya berjamaah di Masjid Al-Murosalah. Dalam sambutannya, Yusuf menuturkan pentingnya mengaplikasikan nilai spiritual kedalam pekerjaan dan membangunnya menjadi Spiritual Capital sebagai modal perusahaan untuk maju. "Telkom diharapkan makin hebat, karena kalau kemarin modalnya modal fisik, modal intelektual, nah mulai tahun 2013 ke depan ditambah dengan modal satu lagi yang sudah ada, tinggal dikelola dan dikembangkan serta diberdayagunakan yaitu modal spiritual. Dengan tiga modal ini, maka Telkom makin jaya.", ungkap beliau dalam sambutannya.

Beliau juga mengangkat kisah hancurnya perusahaan terkenal di Amerika Serikat, Enron, yang pada tahun 2000 menempati peringkat ke-7 dalam daftar 500 Perusahaan besar dunia (Top 500), sebagian sahamnya bahkan dimiliki oleh pejabat di Gedung Putih. Namun pada tahun 2001, perusahaan ini hancur akibat dari tindakan yang tidak jujur oleh para pejabatnya yang merekayasa laporan keuangan perusahaan.

Terakhir, beliau menyimpulkan bahwa profesionalitas, intelektual tinggi dan kapabilitas serta kompetensi memang diperlukan, tetapi kalau itu semua tanpa didasari dan tidak dikendalikan oleh spiritualitas yang tinggi, maka kehancuranlah yang akan terjadi. "Atas dasar itulah, Telkom ke depannya agar lebih baik harus kita mulai bersama, salah satunya diawali dengan memantapkan spiritualitas karyawannya", ungkap beliau.

Dalam kesempatan kali ini juga dibuka sesi ta'aruf atau perkenalan dari para peserta yang terdiri dari perwakilan kantor Telkom di seluruh Indonesia, dari Sabang-Merauke. Tujuan dari perkenalan ini diharapkan seluruh peserta dapat saling mengenal dan berbagi pengalaman di daerahnya masing-masing serta harapannya untuk Telkom di masa mendatang.

Seperti yang disampaikan salah satu peserta, Mugiyanto, dari Balikpapan, beliau menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan ini, dan berharap dengan mengikuti kegiatan ini dapat meningkatkan spiritualitas karyawan, terutama dalam hal kejujuran.

Menurut rencana, rangkaian acara akan diisi dengan kegiatan Qiyamul Lail (Shalat Malam) pada Kamis dini hari, kemudian kegiatan inti yaitu Training pada pagi harinya, dan ditutup dengan penampilan dari Ebiet G. Ade, yang bertempat di Menara RDC Telkom Training Center.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan bapak Yusuf Muhammad, selaku Kepala Unit Spiritual Capital Management Telkom:

Saya lihat hari ini di masjid ini (Masjid Telkom Training Center) lebih ramai dari biasanya, kalau boleh tahu ada kegiatan apa ya pak?
Ada cara Training Spirituality In Work, bagian dari program pembinaan karakter karyawan Telkom.

Apakah ini adalah kegiatan yang baru pertama kali dilakukan?
Iya, Baru. Live nya baru bulan Januari ini, organisasinya dibentuk bulan Oktober kemarin.

Apakah kegiatan ini memang program dari Telkom, atas keinginan direksi, atau usulan dari pihak lain?
Iya, (kegiatan ini) program dari Telkom, murni inisiatif kebijakan dari manajemen. Seperti yang saya sampaikan (tadi saat sambutan), Telkom ke depan perlu menjadi lebih bagus, dan menjadi perusahaan yang terbaik, cuman pertanyaannya modal apa yang nanti bisa dioptimalkan. Selama ini modal fisik, dana, kemudian intelektulitas, lalu kompetensi. Kegiatan keagamaan sudah berkembang tapi belum dimenej secara sistematis. Harapannya dengan pembinaan karakter ini dapat memberikan spirit yg lebih baik.

Sebagai mahasiswa pak, pastinya setelah lulus, sebagian dari kami nanti akan bekerja. Biasanya, saat mahasiswa punya spiritual dan idealisme yang kuat, namun kemudian ketika bekerja justru malah turun. Apakah faktor penyebabnya dari lingkungan kerja?
Iya, saya kira memang iya, pengaruhnya banyak. Ketika mahasiswa, idelismenya masih utuh, masih murni. Tapi ketika bekerja, karena euforia dapat duit, punya cita-cita lain, dsb (sehingga berubah). Spirit seseorang atau pemikiran itu bisa dipengaruhi oleh lingkungan, oleh berbagai hal. Nah oleh karena itu, kemudian dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini (pengembangan karakter berbasis spiritual), potensi yang sudah dibawa itu mestinya bisa dioptimalkan.

Apakah ada tips untuk kita mahasiswa nantinya ketika bekerja, agar bisa menjaga spirit yang kita bawa ketika mahasiswa?
Tips yang paling utama dalah fokus kepada rencana (awal) kita. Supaya bisa fokus, maka yang paling penting adalah kesadaran (diri) harus kita pelihara. Logikanya gampang, makin kesini (semakin bertambah waktu) itu tidak makin mudah. Oleh karena itu berarti, kalaulah kita mampu, perlu bergantung kepada Yang Maha Mampu.

**
Awalnya sempat ragu untuk menghampiri Pak Yusuf, selain karena beliau sedang sibuk berbicara dengan koleganya dan panitia, juga karena saya tidak sedang membawa kartu pers (emang situ wartawan?).

Akhirnya setelah menunggu sekian waktu, tepat setelah beliau mengakhiri pembicaraan dengan koleganya, dan bersiap memakai sepatu, saya pun menghampirinya dan dengan HP di tangan siap untuk "menginterogasi" beliau. Saya pun mengaku sebagai jurnalis kampus haha :D

Ya, itulah sedikit pengalaman perdana jadi "reporter" mendadak dengan peralatan seadanya (HP buat ngerekam). Semoga bermanfaat :)

Bandung, 15 Januari 2013
Iqbal FR

Popular posts