"Sharing is Caring"
Kutipan itu sering kita temukan di beberapa tempat, entah itu di lembaran buku, di dalam kotak imajinasi, atau bahkan dalam selembar layar
virtual yang sekarang menghadang di depan mata.
Begitu sederhananya, sampai penjelasan sekelas
professor pun tidak lebih sederhana dari makna yang kita pahami begitu saja, tanpa panjang lebar kali tinggi.
Atau bahkan, kutipan itu tidak pernah terlintas, hanya mengutip, mengintip dari balik lubang kunci pencerahan.
Peduli? apa aku peduli?
Ya, kau pikir aku tidak peduli?
Kau pikir aku tidak peduli dengan teriakan-teriakan yang menggema di balik ubun-ubunku ini?
Kau kira aku tidak mendengar, desakan-desakan yang bergerilya merenggut kemerdekaan, satu persatu mengantri di belakang urat syaraf seperti hendak menerkam.
Aku peduli..
---------------------------------------------
Klik blog, log in... -tek- -tek- -tek-... *hening*
"Hey, kenapa kau diam?"
"Aku tak tahu harus mulai darimana.." #bloggingvsblocking
Terlalu banyak hal yang harus diceritakan, mulai dari mimpi kemarin malam, sampai urusan paradigma yang menguras otak. Tidak banyak waktu yang diperlukan untuk menulis, tapi lebih dari waktu yg diperlukan habis untuk mencari ide itu.
Sebenarnya, kenapa repot2 mencari ide? ide bisa datang darimana saja, lihat kan, bahkan tulisan inipun datangnya karena tidak ada ide.. haha *skip*
"Aku tak punya ide untuk ditulis"
"Tidak mungkin.."
"Kau tahu, aku tak punya.."
"Hey, apa yg kau punya?" #bloggingvsblocking
Saya setuju dengan yang satu ini, tidak mungkin tidak ada ide..
Hey, pertanyaan itu terngiang-ngiang di ruang melodi yang berlapiskan dinding puisi. Apa yang ku punya?
"Ap yg kau pny?"
"Layar kotak ini.."
"Lalu? kw pny bnyk media kan?"
"hmm.. iya, lalu knp?"
"Pertanyaan bodoh" #bloggingvsblocking
Layar kotak ini, layar yang mengotakkan ide dan gagasan, bukan layar kaca yang memenjarakan. Dalam kotak ini ide bisa jadi apa saja, tidak pernah terbayangkan bagaimana lintasan abstrak dalam sekejap berubah menjadi kepingan-kepingan sejarah, bahkan diwujudkan dalam lembaran-lembaran naskah yang tak pernah habis dibaca.
Layar kotak ini, tidak pernah lepas dari perhatian dunia. Ia mampu mendatarkan dunia yang bulat dengan berbagai isinya, dalam sekejap. Bagaimana tidak, pemandangan di gurun sahara, suasana perang di afghanistan, sampai salju yang turun di kutub selatan, semuanya terhampar begitu saja dalam jarak kurang dari satu meter dari kepala.
"Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!"
Ya, ungkapan itu tak lagi bisa diterima, lantaran layar kotak ini mampu menyeret semua kejadian di muka bumi sampai ke depan mata kepala kita, tanpa harus kita berada di tempat kejadian. Tak perlu lagi, orang mengetahui apakah seluruh kesadaran kita mewakili keberadaan kita. Semua ada di depan mata, dalam layar kotak.
Layar kotak ini tak bergeming, ia hanya diam, namun kenapa ia seolah bergerak?
Bahkan dalam diam, ia mampu berbicara, dalam diam ia bercerita, dalam diam ia diam.
Layar kotak yang mengotakkan imajinasiku
Kota Tua Beraroma Coklat, 11-10-2011 22:20