Filosofi Lisan

  • 0
  1. Lisan orang mukmin bermula dari belakang hatinya, sedangkan hati orang munafik bermula dari belakang lisannya.
  2. Tidaklah lurus iman seseorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tidak lurus hatinya sehingga lurus lisannya.
  3. Demi Allah, tidaklah aku melihat seorang hamba bertaqwa dengan taqwa yang membawa manfaat baginya sehingga dia menyimpan lisannya.
  4. Sesungguhnya lisan ini senantiasa tidak mematuhi pelmiliknya.
  5. Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya eseorang tersembunyi di bawah lisannya.
  6. Ketenangan seseorang terdapat dalam pemeliharaannya terhadap lisannya.
  7. Lisanmu menuntutmu apa yang telah engkau biasakan padanya.
  8. Lisan laksana binatang buas, yang jika dilepaskan niscaya ia akan menggigit.
  9. Jika lisan adalah alat untuk mengekspresikan apa yang muncul dalam pikiran, maka sudah seyogyanya engkau tidak menggunakannya dalam hal yang tidak ada dalam pikiran itu.
  10. Perkataan tetap berada dalam belenggumu selama engkau belum mengucapkannya. Jika engkau telah mengucapkan perkataan itu, maka engkaulah yang terbelenggu olehnya. Oleh karena itu, simpanlah lisanmu, sebagaimana engkau menyimpan emasmu dan perakmu. Ada kalanya perkataan itu mengandung kenikmatan, tetapi ia membawa kepada bencana.
  11. Sedikit sekali lisan berlaku adil kepadamu, baik dalam hal menyebarkan keburukan maupun kebaikan.
  12. Timbanglah perkataanmu dengan perbuatanmu, dan sedikitkanlah ia dalam berbicara kecuali dalam kebaikan.
  13. Sesungguhnya ada kalanya diam lebih kuat daripada jawaban.
  14. Jika akal telah mencapai kesempurnaan, maka akan berkuranglah pembicaraannya.
  15. Apa yang terlewat darimu karena diammu lebih mudah bagimu untuk mendapatkannya daripada yang terlewat darimu karena perkataanmu.
  16. Sebaik-baik perkataan seseorang adalah apa yang perbuatannya membuktikannya.
  17. Jika ringkas (dalam perkataan) sudah mencukupi, maka memperbanyak (perkataan) menunjukkan ketidakmampuan mengutarakan sesuatu. Dan jika ringkas itu dirasa kurang, maka memperbanyak (perkataan) wajib dilakukan.
  18. Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak pula kesalahannya, barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka sedikit malunya; barangsiapa yang sedikit malunya, maka sedikit wara'nya (kehati-hatian dalam beragama); barangsiapa yang sedikit wara'nya, maka mati hatinya; dan barangsiapa yang mati hatinya, maka dia akan masuk neraka.

Sayyidina Ali (Karamallahu Wajhah), Cahaya Sufi
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka berkatalah yang baik atau diam.” (HR, Muttafaq Alaih).

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18).

-Rabbishrahli shadri, wa yassirli amri, wahlul uqdatam billisani, yafqaul qauli..
"ya Allah.. lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (Qs. Thaahaa : 25-28)

Semoga kita termasuk orang-orang yang menjada lisan kita, amiin... n_n

No comments:

Post a Comment

Popular posts