![]() |
Ilustrasi: media.viva.co.id (sumber) |
Akibatnya, beberapa tempat pun mengalami banjir, salah satunya di daerah dekat kawasan kampus Telkom (yang rencananya mau jadi Universitas), tepatnya di daerah Dayeuhkolot pun tak lepas dari sasaran banjir. Jalanan kampus tergenang air hingga menyebabkan macet dan antrian panjang berkilo-kilo di jalan raya.
Tidak bosan-bosannya kita dengar dan lihat sendiri kejadian banjir ini terjadi dimana-mana, hari ini di satu kota, besoknya di kota lain, bahkan besok bisa jadi daerah kita yang terkena, seperti saling berlomba untuk kebagian momen banjir. Seperti sudah "nasib" saja.
Hal yang menarik dari kejadian ini (banjir) adalah, seringkali muncul ungkapan yang seolah menyalahkan atas kondisi alam yang ada di sana, entah karena termasuk daerah dataran rendah, hujannya yang deras, atau bahkan mungkin waktunya yang salah karena sebagian besar tidak siap menghadapi banjir.
Namun apakah benar banjir sepenuhnya adalah karena salah kondisi alam? kalau memang begitu harusnya sudah lama kita adukan alam ini ke Mahkamah Internasional, karena ia sudah mengakibatkan bencana sosial dan kemanusiaan di banyak tempat, kita bikin gerakan "1,000,000 Facebookers tuntut alam atas bencana banjir di dayeuhkolot", mungkin seperti itu -seharusnya-.
Padahal, kalau kita mau jujur, sebenarnya bukan sepenuhnya salah alam, karena sejatinya alam dirancang sedemikian rupa untuk bisa memenuhi kebutuhan kita dan menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk kita.
Kalau kita mau berpikir lebih jauh dan kembali ke masa-masa silam, alam pun sebenarnya baik-baik saja, justru kejadian banjir inilah yang munculnya baru sekarang-sekarang ini, atau memang dari dulu sudah banjir?
Wah, itu lain ceritanya. Berarti, banjir bisa dikategorikan sebagai kejadian alam unik yang secara "alami" terjadi di beberapa tempat di dunia, luar biasa ya? :D
Mari kita lihat beberapa tempat yang mendapat "anugerah" kejadian "alami" ini secara seksama, apa sih keistimewaan tempat-tempat itu, bagaimana cara masyarakatnya merawatnya hingga kejadian "alami" itu masih tetap lestari sampai sekarang? Yuk kita tengok salah satu kota yang hampir mendapat predikat mulia "Langganan Banjir", yaitu kota Bandung.
Bandung, yang kemudian terkenal dengan peringatan "Bandung Lautan Api", terancam mendapat julukan "Bandung Lautan Sampah"
**
Hampir setiap hari, sebagian besar warga khususnya yg saya temui di sekitar kawasan pendidkan Telkom (termasuk mahasiswa) membuang sampah ke kali. Apalagi diperparah dengan adanya PKL yang juga berjualan di sepanjang trotoar.
Bukan masalah berjualannya, tapi karena sampah hasil jualannya itu langsung dibuang ke selokan, terang saja jadi peyebab banjir.
Bahkan, tidak habis pikir, di satu titik pemukiman warga di dekat jembatan, sampai dibangun bak sampah tepat di pinggir kali. Jadi ketika sudah penuh tinggal buka penutupnya dan bak sampah seketika kosong karena isinya luruh ke kali (cerdasss....=b)
Itu masih di sekitar kawasan kampus, bagaimana dengan daerah lain, apalagi dekat sungai citarum?
Saya ngga yakin kalau kebiasaan ini cuma ditemui di satu tempat, karena selama saya tinggal di Bandung, bahkan selama ini hidup di Indonesia kebiasaan ini juga ditemui di tempat lain, tidak bisa dihitung dengan jari apalagi dengan kalkulator.
Menarik ketika dibilang daerah ini langganan banjir, banjir kok jadi langganan? Tentu saja, kembali ke salah satu penyebab banjir, yaitu budaya buang sampah ke kali. Sampai kapanpun bisa dipastikan akan terus jadi langganan banjir, karena buang sampah ke sungai juga sudah langganan. Selamanya banjir akan jadi kebiasaan, karena buang sampah ke kali juga jadi kebiasaan
Daripada selalu menyalahkan alam, lebih baik bantu diri sendiri untuk lebih sadar akan pentingnya tidak membuang ke kali. Bantu alam untuk memperbaiki keadaannya, dengan langkah kecil seperti membiasakan untuk memungut sampah yang kita temui di jalan, dan tempatkan di bak sampah yang SEBENARNYA (bukan kali atau selokan, bukan juga lapangan). Kenali konsep TSP (Tahan dari buang sampah sembarangan, Simpan sampah pada tempatnya, pungut sampah insya Allah sedekah).
Mulai dari kebiasaan kecil, mulai dari diri kita, mulai dari sekarang (3M). Kita akan membuat perubahan besar untuk Indonesia.
Sampai kapan mau terus menyalahkan alam? toh alam baik-baik saja sebelum kita datang ke dunia, bahkan ia tidak menyalahkan kita apalagi Allah yang telah menjadikan kita sebagai khalifah yang harus mengelolanya.
Kamis, 28 Maret 2012
No comments:
Post a Comment