Genap tujuh bulan berlalu, setelah 3 target hidup saya ikrarkan, disaksikan oleh ratusan insan, yang turut mengaminkan. Hari ini pula, jadi saksi 1 dari 3 target itu sudah tercapai.
Alhamdulillah, segera setelah saya mantap meniatkan untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan diri untuk menikah, banyak kemudahan dan keajaiban yang saya temui. Banyak diantaranya yang dulunya saya rasa sulit dan tidak mungkin, sekarang mulai tercapai, tidak terbayang sebelumnya bagaimana target-target itu bisa tercapai.
Berawal dari sebuah seminar yang saya ikuti tgl 28 April lalu bersama dengan sahabat-sahabat yang luar biasa, Seminar LifeSchool, yang dikelola oleh kang Asep Wahidin dan tim.
Awalnya saya mendapat informasi ini dari kiriman salah seorang teman di facebook, kang Indrayadi namanya. Saya tertarik karena penasaran setelah beberapa kali mendapat undangan dari beliau untuk ikut kelas Lifeschool, saya lihat beliau ini rajin banget ngirim invitation, hampir setiap minggu rasanya selalu ada notifikasi event LifeSchool dari beliau.
Awalnya sih saya kurang memperdulikannya, karena saya rasa belum butuh, dan belum tertarik. Tapi lama-lama, penasaran juga, jadilah saya coba baca-baca soal LifeSchool, mulai dari siapa pencetusnya, yaitu kang Asep Wahidin, gimana profilnya, apa aja kegiatannya.
Disitu saya mulai menemukan hal yang menarik, karena banyak sekali motivasi dan testimoni yang meyakinkan dari sahabat-sahabat yang sudah mengikuti lifeschool, selain itu nilai utama yang diusung lifeSchool ini yaitu: Public Speaking, Writing, dan entrepreneur cocok dengan apa yang ingin saya pelajari saat itu. jadilah saya memutuskan untuk mengenal lebih jauh LifeSchool, kebetulan dalam waktu dekat akan diadakan seminarnya, saya pun ikutan deh
![]() |
Seminar LifeSchool, saat dimana saya mengikrarkan 3 Mimpi besar saya Tahun 2013 lalu. |
Tidak ketinggalan dalam seminar lifeschool kala itu, yang selalu ada di pikiran saya adalah saya harus membawa pulang sesuatu dari sana. Demi itu, saya pun berusaha agar bisa mendapatkan kursi di bagian depan, walaupun akhirnya hanya dapat di baris kedua, tidak masalah.
Dalam salah satu sesi seminar, setiap peserta diminta menuliskan 5 impian dan 3 target yang ingin dicapai dalam waktu dekat, bisa dalam hal pribadi, bisnis, ibadah, dll. Saya pun tak ragu untuk menuliskan target-target yang memang sudah sejak lama ingin saya capai.
Kemudian tiba saatnya sesi doorpirze, MC meminta beberapa orang sukarelawan untuk maju ke depan membacakan target-targetnya, saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan bergegas untuk maju dengan membawa coretan target-target yang ingin saya capai dalam waktu dekat, bahkan dalam satu bulan ke depan.
Di atas panggung, berdirilah dua orang peserta, saya dan seorang akhwat, tentunya ditemani MC *yakali cuman berdua, ntar jadinya walimahan dong bukan seminar *ups. MC pun meminta kami untuk membacakan target dan cita-cita kami berdua masing-masing.
Giliran saya pun tiba, awalnya saya sempat ragu, mana saja target yang benar-benar ingin saya ikrarkan, karena dicoretan yang saya tuliskan ada 5, dari 3 yang diminta oleh MC. Baiklah setelah melalu proses pertimbangan yang panjang lebar kali tinggi, dan sudah diuji di ITB dan IPB, akhirnya saya yakin dan memutuskan hanya memfokuskan 3 target yang benar-benar ingin saya capai, seperti petunjuk dari MC. Tiga target itu adalah:
- Mendapat penghasilan 1.000.000/bulan mulai bulan Mei 2013
- Menikah di usia muda
- Mempunyai perusahaan di luar negeri pada tahun 2040
Sebagai hadiahnya, akan diberikan sebuah buku karya salah satu alumni Lifeschool, buku berjudul "7 Mata Air Menuju Sukses" karya Rizky Muhammad Ramadhan yang kebetulan saat itu juga dilakukan launchingnya.
Karena buku yang akan diberikan hanya satu, maka MC pun menawarkan kepada para peserta untuk memilih siapa yang berhak mendapatkan buku tersebut diantara kami berdua, dan alhamdulillah saya yang terpilih. Terpenuhi sudah target saya, hehe.. ngga tega juga sebenarnya karena ketika turun dari panggung, si akhwat bilang ke saya, "Selamat ya kang..", dengan senyum, tapi saya tahu dalam hatinya pasti kecewa. Ikhlasin aja ya, mungkin belum rejekinya. hehe
Keajaiban pun bermula..
Dua minggu setelah seminar itu, saya masih berusaha mencari-cari cara untuk mendapatkan penghasilan 1.000.000/bulan, mulai dari mengikuti kontes desain di 99design, yang kemudian tidak berlanjut karena minder dengan kompetisi internasional yang sengit, mencoba berjualan pulsa, dsb.
Takdir Allah pun bekerja, suatu hari adik angkatan di kampus, sekaligus rekan pengurus di LDK kampus, menyodorkan HP nya sembari menunjukkan informasi lowongan kerja part time sebagai desainer di perusahaan digital printing, kebetulan berada di dekat kampus. Allahu akbar. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dana langsung mengajukan lamaran untuk bekerja disana. Karena part-time, jadi bisa kuliah sambil kerja.
Satu bulan saya bekerja disana, benar-benar memberikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga, bagaimana hidup di dunia kerja, akrab dengan target, komplain pelanggan, dsb. Serasa benar-benar memasuki dunia baru, hampir-hampir saya lupa bahwa saya masih berstatus sebagai mahasiswa. Ingat pesan ayah, "jangan sampai sibuk kerja membuat lupa kuliah. Kuliah adalah fokus utama."
**
Lebaran pun datang, tiba waktunya saya untuk pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan kedua orang tua. waktu itu saya sangat bahagia, karena di tangan saya ada sesuatu yang akan saya hadiahkan kepada kedua orangtua, ya, gaji pertama yang saya dapat setelah 2 bulan bekerja. Tahukah sahabat berapa yang saya dapat waktu itu? kurang lebih 1,2 juta! setelah dikurangi dengan beberapa potongan, saya pun mengantongi 900rb. 10% saya siapkan untuk diberikan kepada orang tua.
Dua hari sebelum kepulangan saya kembali ke Bandung, saya mencari kesempatan untuk bisa memberikan sebagian dari gaji yang saya dapat.
Saat itu kami sedang berkumpul di ruang tengah, bapak sedang sibuk merapikan boks-boks CD dan dokumen-dokumen, dibantu oleh ibu, saya pun ikut membantu. Sesekali diselingi dengan pembicaraan singkat, dan canda ringan. Saya pun perlahan merogoh saku untuk mengambil amplop yang sudah saya siapkan sebelumnya, awalnya sempat gerogi, karena selama belum pernah bisa memberikan apapun kepada orangtua, namun akhirnya saya beranikan untuk memberikannya, lewat ibu.
"Ma, ini ada sedikit rejeki, semoga bisa membantu", ucapku sambil menyodorkan amplop
"Apa ini, mas?", tanya ibu.
"Itu dari gajian Iqbal kemarin, ma", jawabku
Ayah pun berhenti sejenak dari kesibukannya, dan mengalihkan perhatiannya kepada kami berdua, ayah pun penasaran, "Apaan ma?"
"Oh, ini gajiannya iqbal..", jawab mama sambil tersenyum.
Terlihat ayah juga tersenyum dan sedikit seumringah. Alhamdulillah... lega rasanya...
"Oh, ini gajiannya iqbal..", jawab mama sambil tersenyum.
Terlihat ayah juga tersenyum dan sedikit seumringah. Alhamdulillah... lega rasanya...
Dari situ saya mulai yakin untuk terus melangkah, ini baru awal dari perjalanan saya memasuki dunia baru, dunia yang mungkin lazimnya baru ditemui selepas kuliah, saya pun ditakdirkan untuk bertemu lebih dulu daripada yang lain, dan ini pelajaran yang berharga bagi saya.
Sejak saat itu saya pun meniatkan untuk tidak lagi menerima kiriman dari orang tua, saya katakan kepada ayah agar tidak perlu lagi mengirimkan uang saku kepada saya. Awalnya ayah terlihat masih enggan, terdengar dari tanggapannya yang masih mengusahakan untuk bisa mengirim, meski saya tahu kondisi keuangan sedang menipis. "Pak, mulai bulan depan bapak tidak perlu memikirkan soal kiriman iqbal, insya Allah ada, uangnya dibuat keperluan adek aja, bentar lagi kan masuk semester baru, pasti butuh biaya.", begitulah pesan yang saya ucapkan ketika menelpon ayah beberapa saat setelah saya kembali ke Bandung.
Jika sebelumnya setiap akhir bulan saya selalu tegang dan mendadak hidup ngirit, hampir-hampir sekarat karena uang bulanan menipis, sambil harap-harap cemas mengecek ATM yang lebih sering saldo minimum. Justru sekarang saya tegang kalau-kalau saldo di ATM bertambah karena dapat kiriman dari orang tua, bukan apa-apa, khawatir kalau ayah memaksakan untuk mengirim padahal masih banyak kebutuhan lain yang sebetulnya lebih penting, selain itu saya juga khawatir malah nanti memakai uang itu, kan jadinya ngga konsisten gitu hehe... Sekarang bahkan sudah beberapa bulan jarang sekali saya mampir ke ATM, kecuali untuk mengambil uang atau transfer ke rekening lain.
Terimakasih kepada sahabat-sahabat LifeSchool yang telah membantu dalam memberikan semangat dan berbagi inspirasi bersama. Terutama kang Indrayadi yang sudah 'menjebak' saya untuk ikut seminar LifeSchool, juga kang Asep Wahidin yang tak bosan saya ajak diskusi. Mari berkontribusi untuk Indonesia!
Juga kepada Doni Bahtiar yang menjadi jalan saya bisa menjemput rezeki di Imagine digital printing, sayang baru sebentar kita bekerja sama-sama, semoga bisa bergabung bersama lagi dalam takdir yang lebih baik.
Bermimpilah, karena hal-hal luar biasa berawal dari mimpi. Mimpi itu tak terbatas, kau bisa jadikan dirimu seperti apapun yang kau mau. Tanpa target, hidup akan tak terarah dan kurang gairah.
Kota Tua Beraroma Coklat, 28 November 2013
No comments:
Post a Comment