Dalam Sekotak Debu

  • 0
Sosok kecil itu menangis tersedu, terisak-isak memanggil namamu.
Bukankah ia yang dulu menyemangatimu, bukankah ia juga bagian dirimu?
Sudah terlalu lama kau meninggalkannya disana, dan memilih setumpuk debu yang sesungguhnya palsu.
Kini ia berlari menghampirimu, memanggil-manggil namamu. Memintamu kembali menemaninya yang lama kehilangan. Kehilangan dirimu..
Dalam sekotak debu, engkau biarkan kata-katamu meragu, membisu mengendapkan rindu

**

"Kamu kesepian, bukan?"
"Ya"
"Bukankah kamu punya banyak teman, kamu pun banyak dikenal orang?"
"Ya, tapi bukan itu yang membuatku merasa sendirian. Aku hanya tidak bisa mengatakannya kepadamu untuk saat ini, mungkin nanti suatu saat kamu akan mengerti, lebih dari hari ini."

Tatapanmu masih seperti biasa, suaramu yang menyimpan ketidaknyamanan dengan diri sendiri, terdengan jelas dari tutur katamu. Apakah aku penyebab ketidaknyamanan itu?

Kadangkala, kita merasa sendirian di tengah keramaian, dan di lain kesempatan, kita merasakan banyak teman meskipun kita hanya sendirian.

Seringkali kesendirian itu yang mengajarkan arti kebersamaan, ketika kita menyadari bahwa kita tidak sendiri. Masih banyak hal yang bisa kita lakukan di luar sana, bahkan mungkin masih banyak manusia di luar sana yang jauh lebih pantas untuk dikatakan sendirian.

Mungkin ketersendirian itu hanyalah sebuah isyarat, ada sebuah kata yang belum terucapkan, ada sebuah rasa yang belum tersampaikan, atau mungkin setumpuk urusan yang belum terselesaikan. Entahlah


Kampung Halaman,
4 Agustus 2013

No comments:

Post a Comment

Popular posts