Aku, barangkali bukan orang yang sama sekali engkau harapkan. Bukan malaikat yang tutur katanya lembut mempesona, bukan pangeran yang gagah dan selalu sedia pedang di tangan. Bukan, sama sekali bukan.Barangkali, aku hanyalah bayangan masa depanmu yang terpantul di balik jendela. Nampak, namun tak berwujud. Mungkin, aku hanyalah tiruan KW9 dari hujan.
Terlebih jika dibandingkan dengan lelaki hujan yang dulu kamu ceritakan. Dia hujan, aku petirnya. Hujan diharapkan, petir diabaikan.
Dan jika saja kamu bukanlah seorang yang diberi keistimewaan bisa melihat dengan tangan sahaja, pastilah aku sudah lama membujang.
Tapi kamu melihat apa yang tidak orang lihat. Matamu melihat dunia dengan cara berbeda.
Ya, padamu kulihat cahaya ketulusan. Bersedia menerangi duniaku dengan penuh cinta, meski dunia bagimu hanyalah sebuah lingkaran yang gelap, kemanapun kau arahkan kepala.
Itulah kenapa aku memilihmu, di saat manusia terlena dengan dunia yang penuh warna, kamu hadir membantuku melukis gambaran terindah tentang dunia setelah dunia. Menjadikan Islam sebagai satu-satunya warna dalam hidup kita.
Denganmu, aku bisa melihat masa depan kita di surga. Darimu, lahir lentera-lentera kecil yang tidak hanya menerangi dunia, tapi juga semoga kelak doa-doanya menerangi kuburan kita, menyematkan mahkota cahaya yang terangnya menyilaukan penghuni surga.
Terimakasih, istriku atas semua pengorbananmu yang tak ternilai harganya, tak terbalas meskipun harus seumur hidup ku mencoba.
Terimakasih atas seluruh cahaya yang rela kamu bagikan kepada dunia, hingga tak tersisa sedikitpun untukmu melihat dunia di balik tatapan mata.
Terimakasih, duhai pemilik mata jeli yang dirindukan bidadari.
Meskipun rasa terimakasih ini baru bisa kusampaikan lewat mimpi, rasanya jarak pertemuan antara kita sudah sangat dekat sekali.
Taman Citarum, 15 Desember 2014
#PelangiMalam #DailyPost
Tapi kamu melihat apa yang tidak orang lihat. Matamu melihat dunia dengan cara berbeda.
Ya, padamu kulihat cahaya ketulusan. Bersedia menerangi duniaku dengan penuh cinta, meski dunia bagimu hanyalah sebuah lingkaran yang gelap, kemanapun kau arahkan kepala.
Itulah kenapa aku memilihmu, di saat manusia terlena dengan dunia yang penuh warna, kamu hadir membantuku melukis gambaran terindah tentang dunia setelah dunia. Menjadikan Islam sebagai satu-satunya warna dalam hidup kita.
Denganmu, aku bisa melihat masa depan kita di surga. Darimu, lahir lentera-lentera kecil yang tidak hanya menerangi dunia, tapi juga semoga kelak doa-doanya menerangi kuburan kita, menyematkan mahkota cahaya yang terangnya menyilaukan penghuni surga.
Terimakasih, istriku atas semua pengorbananmu yang tak ternilai harganya, tak terbalas meskipun harus seumur hidup ku mencoba.
Terimakasih atas seluruh cahaya yang rela kamu bagikan kepada dunia, hingga tak tersisa sedikitpun untukmu melihat dunia di balik tatapan mata.
Terimakasih, duhai pemilik mata jeli yang dirindukan bidadari.
Meskipun rasa terimakasih ini baru bisa kusampaikan lewat mimpi, rasanya jarak pertemuan antara kita sudah sangat dekat sekali.
Taman Citarum, 15 Desember 2014
#PelangiMalam #DailyPost
No comments:
Post a Comment