![]() |
Sekedar ilustrasi. kalau semilyar orang, ngga cukup fotonya :D |
"Kita tidak pernah tahu orang mana yang kemudian didesain Allah untuk bersama dengan kita membangun kehidupan kita. Dari miliaran manusia, kita tidak pernah tahu siapa.
Sama seperti halnya kita tidak pernah tahu doa-doa mana yang oleh Allah dipandang pantas untuk dikabulkan, dari jutaan bahkan miliaran doa yang kita munajatkan.
Karenanya, ketika seseorang sudah menentukan pilihan, dan kemudian dia mengunci pilihan-pilihan yang lain, padahal dia tidak punya kekuasaan (untuk itu) itu namanya kedzaliman.
Perluas ikhtiar, walaupun nanti ujungnya ketemu dengan yang kita inginkan di awal, itu kan desain Tuhan, jangan kita yang menentukan. Kita tidak punya kewenangan untuk menentukan mana yang terbaik untuk kita.
Kadang itu yang bikin stres, karena kita merasa kita lebih tahu tentang diri kita. Stres banget, bisa kecewa luar biasa. Maka, ketika kita tahu bahwa Allah-lah yang maha kuasa, ya sudah kita jalani saja."Tausiah Ust.Asep Rahmat selepas kajian #ButterflyAct hari ini. Ngena banget. #NoteToMySelf #Reminder
Nyambung dengan kata Maudy Ayunda dalam lagunya "Perahu Kertas":
ku bahagia
ka telah terlahir di dunia
dan kau ada
di antara miliaran manusia
dan ku bisa
dengan radarku, menemukanmu
Di antara miliaran manusia, ada dia yang Allah takdirkan untuk berjumpa dengan kita, lewat skenarionya yang luar biasa.
"dia" bisa saja orang yang kita temui dijalan, anak kecil yang tiba-tiba menghampiri kita dan tertawa, atau orang yang tak sengaja kita bantu kesulitannya tanpa pernah tahu siapa namanya, dan sebagainya. Bisa jadi, di masa yang akan datang, dia akan menjadi seseorang yang berarti dalam hidup kita.
Berapa banyak orang yang saat ini kita kenal dan sering bertemu dengan kita, adalah orang yang dulunya pernah ada di sekitar kita, hanya saja kita belum mengenalnya, dan baru sadar setelah sekian lama. 'Oh, iya dia yang dulu satu bis dengan saya..' 'Wah, ternyata kamu pernah satu ruangan dengan saya waktu lomba ya?' dan sebagainya. Banyak pertemuan yang tak terduga di masa lalu, ternyata baru kita sadari hikmahnya saat ini.
Lalu, setelah sekian lama, kita berpikir 'Seandainya saya sudah mengetahuinya sejak dulu'..
Mungkin ada manfaat yang lebih besar dibanding dengan sekarang, atau mungkin jika kita mengenalnya lebih dulu, peluang kita untuk meraih kesuksesan dengan bantuannya akan datang lebih awal. Ya, jika saya...
Namun, apalah arti penyesalan.
Andai saja, ada satu cara untuk bisa menemukannya.. Siapa? ya, dia yang sudah ditakdirkan untuk kita. Orang yang Allah pertemukan dengan kita lewat desain kejadianNya. Bisa? Bisa...
Kalau disambungkan dengan perahu kertas tadi, Radar adalah sebuah alat untuk memancarkan dan menerima sinyal tertentu.
Radar ini bermacam-macam, bergantung pengaturan awal dan inputan yang diberikan di awalnya. Ada radar yang khusus digunakan untuk militer, ada radar yang digunakan untuk keperluan lain. itu pun, dispesifikkan lagi kriterianya: ada radar militer untuk mendeteksi pesawat di udara, ada yang dikhususkan untuk mengetahui kedatangan tank-tank bersenjata, ada juga yang untuk keperluan lautan -mencari benda-benda yang tenggelam di dasar laut.
Maka, radar dalam kehidupan ini adalah cara kita dalam menangkap "sinyal" dari Allah, tanda-tanda sebagai jawaban atas doa-doa kita.
Radar ini adalah salah satu bentuk ikhtiar dalam menemukan orang yang tepat, entah itu seseorang yang akan jadi pasangan hidup, atau orang yang akan kita jadikan partner dalam urusan yang akan dikerjakan bersama.
Radar ini bukan dalam bentuk isyarat dua telunjuk yang ditempelkan di kepala, seperti diperagakan Kugy dalam filmnya, bukan. Tapi lebih kepada kemampuan kita memadukan pertimbangan akal sehat dengan panduan syar'i.
Misalkan, kalau soal pasangan hidup, panduannya adalah: pilih yang bagus agama dan akhlaknya kamu sukai. Kalau cari partner bisnis/berdagang cari yang jujur dan amanah. Radar kan bekerja tuh, syaratnya kita harus punya dulu inputan yang sesuai agar data yang diterima dari radar kita bisa diolah dengan baik.
Nah, disini juga perlu adanya keluasan 'view'. Dengan menggunakan radar, kita tidak lagi terjebak oleh pandangan sempit mata kita yang terbatas. Artinya, tidak lagi harus dia, atau harus yang setipe dengan dia, dan asalnya dari daerah sekitar yang dekat-dekat saja (satu kampus, satu kota, satu sekolah). Bisa saja lebih luas lagi.
Pandangan kita perlu diperluas, karena bumi ini luas, maka akan sangat melelahkan jika kita hanya memandang segalanya dengan pandangan sempit.
Sehingga, kita tidak lagi mengandalkan pandangan yang seringkali hanya berdasarkan keinginan sesaat, tanpa pertimbangan yang jauh ke depan.
Begitulah
Cimindi, 8 Mei 2014 - 1:00 WIB
No comments:
Post a Comment