Aku Pun Tersenyum

  • 0
Kemarin saya menulis sedikit curahan hati ketika berkontemplasi di Masjid Salman, ditemani guyuran hujan. Sendirian.
Sebenarnya tidak ada yang spesial dari puisi itu, hanya sedikit amarah yang tertahan.

Ternyata ada yang mencoba memberikan tanggapan.
Puisi balasan.
Terimakasih atas puisi balasannya :)

Mangga disimak:

Senyum
Aku pun tersenyum
Pada suara yang mnentramkan telinga
Pada bisikan yang mengisi hati

Tapi apalah artinya senyum
Jika hanya kunikmati sendiri

Aku tersenyum melihat dirimu
Yang sosokmu menambah ilmu untukku
Aku tersenyum melihat dirimu
Yang dengan persahabatan ini mengajarkan arti pengertian
Bukankah kekurangan sahabat kita membuat kita bisa saling melengkapi?
Saling mengingatkan?

#Kutipan sajak permadani karpet :)
15 Muharram 1434
by: Ahsan Artseven

Aku marah pada diriku

  • 1
Lelah
Aku pun marah
Pada suara-suara yang memerahkan telinga
Pada bisikan yang mengusik jiwa


Aku marah pada diriku
yang tidak bisa pahami dirimu
Aku marah pada diriku
yang selalu salah menangkap maksud hatimu


Tapi apalah artinya amarah
Jika persaudaraan menjadi terpecah

Semakin kupendam amarah
Semakin tak kutemukan alasan untuk ku marah
Setiap ku ingin marah
Kepada air mata akupun mengalah


Keimanan melahirkan kecemburuan
Akan sahabat yg didapatinya dalam keburukan
Bencilah apa-apa keburukan yang kalian temukan
Marahlah sesuka kalian
Sesungguhnya itu adalah tanda cinta dan kasih sayang, kawan


Sungguh apalah yang bisa kalian harapkan
Dari aku yang lemah dan hina ini
Selain kealpaan dan kesalahan
Yang menghiasi hari demi hari

Kepada siapa lagi ku tumpahkan amarah
Kalau bukan kepada diri yang hina dan lemah
Mungkin lebih pantas bila kalian yg marah
Dan menunjukkan apa yang salah

Bukankah aku yang lebih sering mengecewakanmu?

IFR


Di atas Permadani Kayu,
15 Muharram 1434 H

MyDream Series (2) : Ranjau Jin

  • 4
*Kali ini mimpi yang saya alami bersambung kaya sinetron.. haha
Sepulang dari kampus Dayeuh Kolot. Perjalanan seperti biasa, dingin dengan angin yg membawa kegelapan.

Masih ingat dengan cerita kemarin, pak polisi yg nilang di jalan tol, dan sandal yg nyasar di lapangan tenis?
buat yang belum, bisa baca dulu: Sandal dan Pak Polisi, ditilang di jalan tol!Kelihatannya cukup gila ya? memang, mimpi itu gila, karena hasil gabungan imajinasi dan memori yg bercampur jadi satu.

Tapi cerita kemarin tidak segila cerita kali ini, bahkan bisa dibilang cerita kali ini lebih aneh dari biasanya.

Kalau kemarin saya harus berurusan dengan polisi gara2 SIM yg mirip kartu berobat klinik, kali ini ceritanya saya maw ngurus STNK..
Kalau di alam nyata (alam sadar), ngurus STNK itu di Kantor SAMSAT kan? nah, disini ngga.. ngurusnya di Toko.. haha. kok bisa?

Yuk simak ceritanya.. :D

**
Ceritanya malam hari, saya bersama seorang teman mau ngurus STNK.
Tapi entah kenapa, bukan ke kantor SAMSAT, tapi ke kantor Polisi terdekat.
Lebih aneh lagi, saya nyari si STNK di sebuah toko.
Masuk ke kantor polisi, saya nanya dimana tempatnya, ditunjukkanlah sebuah ruangan..
Tapi, kok ada yg aneh ya?
Di dalamnya saya menemukan orang-orang memakai baju putih, jas setelan dokter..
Saya tanya salah seorang disana, "Bu, mau ambil STNK dimana?"
"disana, Toko Kantor Polisi", kata si Ibunya.
Oke, saya kesana..
Masih dalam suasana galau, karena melihat judul ruangan yg aneh, sekonyong-konyong seorang pria muda nongol dari dalam Toko itu, ngeluarin selembar plastik.
"Ini STNK nya dek..", kata si pria tadi, sambil menyodorkan plastik itu.
Hah? belum juga ngurus, udah dikasih, wah hebat nih si bapaknya... :D
Saya cek lagi isinya, lah...
Mana STNK nya? -.-a
"Kok gini pak?", sambil heran melihat isinya bukan kertas, tapi lempengan logam berukiran.
"Lho, iya ini STNK bentuk baru.."
"Oh, gitu..", Ya udahlah daripada pusing.. ~_~
Pulang dari sana, saya jalan kaki...
Saya berjalan di sebuah tanjakan bukit yang berlumpur, entah kenapa firasat saya mengatakan bahwa jalan itu adalah jalan pintas menuju Jakarta.
*kenapa bisa nyambung Jakarta ya? #SKIP
Jalan Kp.Ciwaru itu namanya.
Sepanjang jalan cuman ada jalan tanah berbatu.

Kiri-kanan kulihat saja, ga ada apa-apa...
Sampai di sebuah tanjakan, cukup curam. saya istrahat sebentar.
Sebelum melanjutkan perjalanan, saya singgah di sebuah deretan penjual makanan.
Kalau biasanya penjual di pinggir jalan ada di sisi kiri jalan, ini ada di kanan jalan (padahal belakangnya jurang Lhoo).
Banyak sekali jajanan yg ada disana, ada serabi, dan gorengan2 (udah lupa) hehe..
Setelah menyantap berbagai jenis jananan, saya mampir ke sebuah kios yg ada di paling ujung, jajan yg dijual cukup menarik, bisa jadi oleh2 nih..
Setelah si Ibu ngasih saya satu bungkus jajan dengan susu putih di dalamnya, saya kembali berjalan.
Namun tak lama, saya pun terbangun...
TO BE CONTINUED...
(Yah.... haha, sabar jangan kecewa dulu, ada lanjutannya.. :) )
Kamis, 14 Juli 2011
[05.45 - 07.35]
*LANJUTAN*

Alhamdulillah, Allah mengjinkan  saya bangun di sepertiga malam, tepat setengah jam sebelum shalat Shubuh.
Segera mengambil sahur yang seadanya, dengan lauk sayur singkong, perkedel, dan sepotong tempe. Sambil mengejar waktu, sedikit-sedikit  saya tengok jam.
Masih sempat
Tepat ketika satu butir nasi terakhir menunggu untuk diangkut, walau masih ada sekepal nasi yg harus dikunyah, saya tambah sedikit air untuk mempercepat mengunyah karena adzan subuh sudah samar-saar terdengar di mushola nun jauh disana.
2 Menit Lagi
"Allahu akbar, allahu akbar.."
Suara laki-laki paruh baya yang kukenal.
Akhirnya adzan subuh berkumandang
Setelah shalat Shubuh, saya sempatkan untuk tilawah di kosan.
Berhenti di Surat An-Nuur ayat 10, saya istirahat sejenak dan merebahkan tubuh di kasur.
Saya ingat teman saya pernah bilang, mengomentari salah seorang rekan yg memilih untuk beristirahat dengan bermain kartu, yg menurutnya kurang bermanfaat.
"Seorang pejuang qur'an lebih memilih beristirahat dengan tilawah, itulah yang dinamakan istirahat. Lelah berdakwah bukan tempatnya untuk diselingi dengan hal seperti itu." Kurang lebih itulah yg kutangkap darinya.
Akhirnya, awan gelap mulai merayap di pelupuk mataku, dan saya pun tertidur.
**

#Mimpi

Kembali saya lewat di jalanan bukit yang berlumpur, kali ini lebih gelap dan berkabut.
Bukan berjalan, saya duduk diatas kursi roda sambil sesekali membetulkan posisi kaki.
Kulihat disebelah kiri penuh kabut, dan sebelah kanan adalah jurang yg dalam.
Sedikit demi sedikit kuayuh kursi roda untuk melangkah, baru beberapa menit.

Capek 
Ada cara lain?

oh ya kenapa tidak meluncur saja? hehe.. :D
Saya meluncur, sambil menjaga kecepatan karena jalannya sangat curam.
Sekitar 1 KM dari tempat awal, saya berhenti.
Kesadaran saya mulai goyah, saya membersihkan kacamata yang sejak tadi berembun.
Karena hawa yg cukup dingin, akhirnya tubuh menyesuaikan suhu sekitar dengan mengeluarkan sebagian air hangat, alias *maaf* kencing..

Saya berlari dengan kencang menuju toilet di sebuah Pom bensin, rasanya seperti ada berton-ton air yang hendak menjebol waduk jatiluhur.

Saya tutup pintu, ada selot besi panjang.
Tahu tidak, selot itu dipasang menghadap kiri, dan bukannya ditaruh satu sisinya di kusen pintu, kedua sisinya ditaruh di pintu.



Sial, bodoh sekali yg memasang ini.

Gimana mau ngunci coba??

untung ada selot lain yang menghadap kebawah, diatas pintu.
"Siap, arahkan yg tepat!"
"Tembak!"
Bak komando pasukan penakluk jago merah, berliter-liter air meluncur deras.
Akhirnya selesai menunaikan tugas suci itu.
Firasat saya mengatakan akan ada sesuatu yang aneh
Ketika  saya akan menyiramnya, tiba-tiba seekor kecoa sedang berjuang untuk keluar dari lubang itu Astaghfirullah mudah-mudahan tidak mampir ke saya.

Tapi, doa Saya terkabul dalam bentuk lain.

Si kecoa terbang menuju jendela, dan diam sebentar disana.
Seperti dugaan, kemudian ia terbang menuju kearah saya!
Sedikit gerakan mengelak, kecoa itupun mendarat di langit-langit.
Sudahlah, ia tidak akan ngapa-ngapain saya. Pikirku.
Saya pun mengambil air untuk menyiram apa yg harus disiram.
Tiba-tiba, terdengar suara gaduh di langit-langit, ya, kecoa itu..
Ngapain lagi sih??
Di langit-langit, kulihat 2 ekor kecoa sedang bertarung memperebutkan sebuah batu yg bercahaya, bentuknya seperti kolang-kaling, tapi warnanya putih seperti mutiara, dan bercahaya!
Pertarungan sengit terjadi diantara mereka, satu memukul maju, yg lain mundur. sempat terdengar sesekali suara mengendus dan menggeram (emang kecoa bisa bersuara ya?? -.-)
Dan pertarungan itu berakhir setelah keduanya jatuh terjun kebawah.
*DUKK!*
Kutengok mereka, tak bergerak.

Ah, lupakan..
Selesai menyiram, saya merasa ada yang aneh di ujung kaki kananku, ada sekeping besi kawat(susah menjelaskannya) bercahaya, menyelip diantara ibu jari dan telunjuk kaki. saya ambil besi itu, dan  saya perhatikan.
Tiba-tiba dari belakang ada dua orang berwajah preman, satu bertubuh besar dan kekar, satu lagi kecil dan kurus.
*jangan-jangan kecoa tadi jelmaan mereka berdua? #Waduwh..
Kualihkan lagi pandangan saya ke arah besi tadi.
Mana besi tadi?

Yang kulihat kini sebuah papan acrylic seukuran Harddisk Laptop (3,5 Inchi) tidak terlalu tebal, tapi berlapis.
Di tengah-tengahnya ada ukiran aneh yg mengkilap. Seperti kaligrafi, tapi polanya seperti kecoa bertanduk..
Lama kuamati kepingan itu, dingin, dan ada bau aneh.
Acrylic itu tiba-tiba memancarkan warna ungu.
Dan sambil mengamati kepingan itu, si pria tadi berkata pada saya sambil berseru. 
"Awas, itu Ranjau Jin!"
Pria satunya menimpali, "Ya, ranjau yang dibuat oleh jin untuk manusia."
Saya semakin tak mengerti.
Tapi saya coba melihat lebih dekat kepingan itu.
Tak berubah.
Suasana menjadi tegang ketika kedua pria itu mendatangi saya dengan langkah berat.
Pria kekar itu menyeru lagi, "Hancurkan! Musnahkan itu secepatnya!"
Satu pikiran yg terlintas adalah, saya harus menghancurkannya dengan Telekinesis -alias kekuatan pikiran- (baru belajar kemarin)
Pandangan kufokuskan ke benda itu, benda bening yg memancarkan cahaya ungu.
Lama, makin fokus, saya berusaha memecahkannya terlebih dahulu.
Seperti tidak sabar, pria itu menyarankan untuk menggunakan cara lain.
"Gunakan laser api yg ada di laboratorium! cepat!"
Saya semakin tegang.
Konsentrasi saya semakin tertuju pada kepingan itu.
Ayolah.. Hancur! hancur!
Pandangan saya menjadi kabur, seketika menjadi gelap.
Saya fokuskan lagi pikiran saya pada benda itu, kembali jelas.
Kini diatas kepingan itu muncul tulisan, seperti kartu voucher dengan paket2 diatasnya.
Beberapa diantaranya terdapat angka, entah mungkin itu artinya poin atau harga.
Informasi yg tertulis disana:
"RANJAU" (Ada gambar tengkorak berwarna hitam, dengan latar kuning)
"Make a Lottery..........10,000"
"Play with girls.........15,000"
"Dating Unmarried........20,000"
"SPECIAL"
kali ini tulisanya sedikit lebih mencolok, dengan warna lebih gelap
"Killing.................40,000"
*entah saya lupa apa item-item selanjutnya, dan yang pasti semuanya berisi hal-hal buruk yg dilarang oleh ALLAH SWT.
Menakutkan.
Saya menyerah, keping itu tak juga bereaksi.
Pria itu mendesak saya agar segera menghancurkannya. saya tak bisa.
Saya berkata pada pria itu, saya butuh waktu.
"I wan't to take a pray first.", saya ingin sholat dulu sebentar.
Pria itu bukan mempersilahkan, ia semakin terlihat marah.
Oke, saya tidak takut.
Saya letakkan dua keping acrylic itu diatas meja.
Ku bentangkan sajadah di lantai ruangan.
Lalu berjalan santai ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, tiba-tiba dari belakang pria itu membisikiku, "You need help?"
  
Saya merinding, firasat saya mengatakan waktu saya tak lama lagi.
Kejadiannya begitu cepat.
  
Perut tiba-tiba mual, dan seketika memuntahkan isi di dalamnya.
Saya tumbang, terjatuh kedepan dalam posisi sholat.
Gelap, kabut hitam menghiasi pelupuk mataku.
Beberapa detik sebelum saya tak sadarkan diri, saya membayangkan diri saya sedang memulai takbiratul ihram, dan mengucap "Allahu Akbar!"
Membaca surat al-Fatihah..
"ALhamdulillahirabbil alamiin... Maliki yaumiddin..." saya tak sempat melanjutkannya..

Gelap, semuanya terasa hampa.
Beberapa saat kemudian, saya mulai sadar.
Masih dalam keadaan mata tertutup.
Samar-samar terdengar sebuah kalimat dalam bahasa arab, saya tidak mengenalnya.
Bayangan selembar mushaf alquran muncul di depan mataku.
Sebuah kata dalam huruf arab, makin lama makin jelas mengingatkan saya pada sebuah surat dalam Alquran.
Kata itu...
Al-Mu'minuun..
Ya Allah, apakah benar ini?
Saya berharap kecil dalam hati.
Semoga ini bukan waktuku.
Semua masih gelap, hanya suara-suara itu yang kudengar semakin jelas, semakin dekat.
Saya beranikan diri untuk membuka mata (membuka mata??)
Akhirnya  saya terbangun...

Alhamdulillah, Ya Allah..
Apakah ini tanda dariMu? atau hanya ilusi setan?

Wallahu a'lam..
INI HANYA MIMPI

#Kamar Kosan, Di atas Sajadah Biru.
Rabu, 13 Juli 2011 [11.00 - 04.15]

MyDream Series (1) : Sandal dan Pak Polisi, ditilang di jalan tol!

[My Dreams Series: 1-AM]

Assalamualaikum wr. wb.
Pagi ini saya akan mencoba menceritakan kembali mimpi saya sejam yang lalu (satu jam??). ya, saya juga heran, dan bertanya-tanya kenapa bisa? padahal waktu yg saya alami dalam mimpi itu cukup lama, hampir satu hari penuh. Tetapi kenyatannya ketika bangun, saya hanya menghabiskan sekitar satu jam, bahkan kurang.
Mungkin penelitian bisa menjelaskan hal ini, dan lebih jauh lagi pasti kita bisa menemukan penjelasannya dalam alquran. Yuk kita simak ceritanya ^^....
**

Baiklah, ceritanya dimulai ketika saya naik motor di suatu jalan tol, jalan ini cukup aneh, dan ruwet menurut saya. Karena banyak belokan dan jalan2 khusus. Percaya atau tidak, bahkan ada salah satu jalan persimpangan yang berupa lintasan freestyle (ujung-ujungnya terpisahkan oleh udara, lompat bebas gitu).

Setelah berliku-liku mencari jalan, dan sempat tersesat (saya khawatir ada polisi yg memperhatikan dan segera menghampiri saya) alhamdulilah bisa menemukan jalan yg benar, oh ya saya juga sempat melewati jalan freestyle tadi, tapi tentu saja saya tidak berhasil >.< haha.

Jalan tol yang ruwet berhasil saya hindari, sampai di suatu jalan tanjakan yg memiliki tanda panah berwarna merah, saya naik terus, dan disebelah kiri ada jalur khusus dengan pagar disekelilingnya, saya masuk karena ada tulisan "Aman SIM". oh, pikir saya berarti ga pake diperiksa, okelah kalaupun diperiksa mungkin cuman SIM nya.
Saya lewat situ, dan benar ada 2 orang penjaga di dekatnya, seorang dari dinas perhubungan dan seorang polantas.

Sudah kuduga, si polisi tadi langsung mencegat dan menanyakan SIM (hanya SIM).
Dengan santainya saya keluarkan SIM saya (SIM masih normal), karena saya yakin tidak ada yg salah, nama sudah benar, masa aktifnya juga masih 2015 (kayak voucher aja).
Yang cukup mengagetkan ternyata SIM dunia nyata dan dunia mimpi sangat berbeda. saya terkejut juga ketika si bapak menunjukkan ada yg kurang di bagian depannya (lho kok?) bagian itu seperti lembar tanda tangan di bagian belakang STNK, ada tiga baris berisi keterangan nomer2 yg tidak saya pahami, dan satu lagi, tampilan depan SIM nya seperti kartu berobat Rumah Sakit (>.<)a

Seperti biasa orang yang "terjaring" operasi SIM, saya sedikit galau (haha), dan segera mengecek dompet (untung ga ada uang).
Saya pun digiring ke pos penjagaan beberapa meter dari pintu masuk. Saya mengamati sekitar, tidak jauh dari tempat itu ada sebuah rumah makan, dan diatasnya ada lapangan tenis (ada pagar besi menjulang). Kok ada rumah makan, ni jalan tol lho..?? Ah, lupakan. terlalu absurd *(meminjam istilah seorang sahabat) :D

Saya diajak untuk duduk sama pak polisi tadi, dan mulai "negosiasi". Saya diam, karena sedikit takut dengan denda yg harus dikeluarkan, untungnya pak polisi itu yang memulai.

"Anda tahu apa kesalahan anda?" pak polisi itu nanya

"Tahu, pak" jawab saya. dalam hati saya heran, kok bisa SIM nya seperti itu? dan lagi, saya menduga dendanya bakal cukup besar

"Kalau seperti ini, dendanya..." si pak polisi itu menoleh ke arah saya, saya menyambut dengan tersenyum, dan kamipun saling diam penuh makna. cieeeee.. #SKIP

"Berapa pak dendanya?" saya memutus keheningan itu

"Yah, sekitar 4 juta.."

"4 Juta Pak??" astaghfirulalhaladhiim, luar biasa.. JDERR (# o #) *Kilat Menyambar

"Ya itu minimal, pengalaman saya ada dokter juga kena segitu", Kata si bapak sambil nulis surat tilang.

Saya mikir, apa hubungannya ama dokter? oh, barangkali dokter yg ngebut karena ada pasien kritis, tapi kenapa harus 4 juta? itu pertanyaannya.

"Waduh pak, kalu segitu saya ndak punya." Saya mulai memelas..

"Saya baru bisa ngurus SIM minggu depan karena saya sekarang sedang UAS, dan minggu depan sudah registrasi, pasti bayar SPP kan pak, itu cukup besar.." Saya menjelaskan bahwa saya baru akan mulai semesteran, dan pasti bayar uang SPP

Si bapak sedikit berifkir, lalu tiba2 berdiri dan mengajak saya keluar
"Sini, ikut saya"
Lagi-lagi, tiba2 jalan tol tadi berubah menjadi jalan raya seperti jalan Kalianak di Surabaya, Bojongsoang di Bandung, atau Darmaga di Bogor. (intinya jalan dua arah yg bisa dilewatin truk)

Saya pun ikut sambil menuntun motor saya, dan memarkirkannya di pintu pagar dekat pos itu. kami berdua berjalan menyusuri jalan itu (jalan raya atau jalan tol, GA JELAS!)
Kami tiba di sebuah rumah makan, rumah makan itu cukup besar, kenapa saya katakan besar, karena rumah makan itu terdiri dari 3 lantai. (waw..) dan yg cukup hebat, di lantai teratas itu ada lapangan tenisss.... O_O
Dengan sedikit perasaan jengkel, saya melempar sandal swallow yang saya pakai, hingga masuk ke lapangan tenis itu (Gilaa).. saya pun nyeker dengan sandal di kaki kiri.

Kami berdua masuk dan disambut seorang ibu, lalu si bapak itu ngobrol dengan ibu, saya ditinggalin (niat ga sih??) 

wah, kesempatan buat kabur nih, pikir saya hehe..3:-)

waktu berjalan lambat, si bapak ngobrol dengan si ibu, saya sendiri ga jelas mau ngapain.
Saya memutuskan untuk jalan2 ke lantai atas rumah makan itu. Dalam pengamatan itu, saya dapatkan kenyataan bahwa :
-Dalemnya luas sekali!
-Ternyata jadi satu sama rumah juga

Selesai jalan-jalan, saya kembali ke lantai bawah untuk mengecek apakah mereka sudah berse ngobrol. Eh, ternyata si bapak ga ada, dan tinggal si ibu.. (ini kalau kabur bener2 ga tahu dah...)

Entah kenapa, saya akhirnya ngobrol dengan ibu itu di dalam kamarnya (astaghfirullah.. jangan ditiru)

saya nanya, "Pak polisi tadi kemana, bu?"
"ndak tahu saya.." jawab si ibu
Kemudian kita ngobrol sejenak
Tidak berapa lama, si bapak dateng, saya melihatnya dari jendela kamar, dia celingak-celinguk seperti mencari ayam yang hilang (pasti nyari saya nih) saya sedikit bersembunyi di balik kamar itu. Tapi apa daya, si bapak berhasil menemukan saya.
Saya pun lari ke lantai atas, biar ga ketemu (Walaupun sudah ketahuan) sambil mencari sandal saya yang saya lempar tadi wkwk.
Di lantai atas, saya menemukan pemandangan yg lebih "wah" lagi.. di sana terbentang kolam ikan yg luas, dengan bunga teratai di tengah-tengahnya, dan tak jauh dari kolam ada seorang pembantu (laki2 atau banci) yg sedang menyiram tanaman.

Oke, saya ingat kalau sandal saya cuma satu, dan harus nyari pasangannya. Saya mulai mencari dan, ternyata sulit menemukan sandal saya, karena ternyata di lantai atas itu banyak banget sandal swallow yang mirip punya saya! waduh, ni udah kayak taman sandal aja, sandal berserakan dimana2, dari berbagai ukuran pula. -.-a

Weleh2...

Sudah cukup pusing, saya nyoba untuk main ke kolam, saya pun nyemplung untuk menyegarkan diri. Eh, tiba2 si pembantu tadi nyamperin sambil teriak, 
"Eh, bo! jangan main2 di kolam, tak bole.." dengan gaya seperti ka salli di upin ipin.


Okelah, saya tidak peduli.. haha..


Baru saja nyemplung, eh si pak polisi dateng lagi..
Si pak polisi ikut nyemplung bareng saya, dan kalian tahu cerita selanjutnya?

Akhirnya saya bangun dan bersyukur sekali karena itu cuman mimpi!

"Alhamdulillah.. ternyata cuma MIMPI!! :D"





Sekian
Wassalamualaikum wr. wb.

#Kamar kosan
Bandung, 14 Juni 2011 / 12 Rajab 1432 H 08.00 AM


Jalan Tol Ruwet

Salamku dari Super Jet

  • 0
Ibarat naik kendaraan untuk sampai ke tujuan, aku berada dalam sebuah pesawat jet kelas eksekutif, yang kursinya terbatas, dan dengan fasilitasnya yg lebih dari yg lain.

Lain pesawat jet, lain pula bis.
Ya,kalian juga sedang menuju ke tujuan yg sama denganku, namun akhir perjalanan ini masih misteri.
Bis, yg berkapasitas besar, dengan kecepatan sedang, namun kadang juga bisa ngebut, bisa melambat. Orang2 bisa saling bercengkrama dan bercerita dengan asyiknya.

Sementara, aku yg duduk di pesawat jet, hanya bisa melihat indahnya awan dari balik jendela, tanpa bisa ikut melukiskan indahnya pelangi bersama teman2 yg lain.

Mungkin, aku satu-satunya org yg paling bandel di penerbangan ini, gimana tidak, aku sering melepaskan ikat pinggang hingga terkadang jatuh dan terpelanting, sementara yg lain duduk manis dengan sabuk pengaman yg membuatnya tetap di tempat duduknya.
Berkali-kali pramugari mengingatkanku agar tetap di tempat duduk, tapi aku tak peduli. Aku jg ingin merasakan bagaimana indahnya bercerita dengan byk orang, mendengarkan nyanyian pengamen, atau sesekali merasakan sensasi berebut tempat duduk.


Gedung berlantai 4 itu kini sudah megah berdiri, tepat di seberang gedung yg sama persis dengannya, namun lebih dahulu ada.

Satu sisi aku merasa senang, bangga, dengan semakin cepatnya pembangunan, berarti semakin besar kampus ini. Namun satu isi, semakin kampus ini dibangun, semakin perasaanku runtuh, berarti semakin cepat aku akan berpisah dengan teman2 yg lain. Mungkin hitungan tahun, atau semester, atau bahkan bulan.

Cepat atau lambat kita pasti berpisah kawan. Entah dengan berkurangnya intensitas bertemu, sekedar rapat atau ngumpul di sekre, tidak lagi bisa kulakukan sesering dulu karena memang jarak yg memisahkan kita.


*To be Continued

Hiduplah dengan angan, dan anganmu itu akan hidup

  • 0
Angan itu ibarat awan
Yang meneduhkan,
dalam lelahnya perjuangan
Yang menyegarkan,
dikala jiwamu mulai kehausan
Yang menguatkan,
dikala dirimu enggan berjalan
Hiduplah dengan angan
Karena anganmu itu akan hidup
selagi kau terus berjalan

Tapi hidup dalam angan
kau akan terbang
terbawa angin yang melenakan
Hanya selangkah berjalan
seolah sudah sampai tujuan

Selama masih ada angan,
sejauh itu pula tujuan.
Hiduplah dengan angan,
tapi bukan dalam angan


Rumah Pelangi,
1 November 2012

Asing di telinga, sangat dekat di hati

Di suatu pelajaran seni musik di sekolah, Ibu guru meminta siswa-siswi SD nya utk menyanyikan sebuah lagu yg mereka ketahui.
 

Harapannya, para siswa itu bisa menyanyikan lagu-lagu yg sudah diajarkan di TK, seperti "Balonku ada lima" "Aku seorang kapiten" atau lagu nasional "Indonesia raya"

Kemudian beliau memanggil salah seorang siswi yang memang juara lomba menyanyi di kotanya. Siswi itupun menyanyikan lagu Tanah Airku dengan indahnya, hingga semuanya terdiam dan Ibu Guru ikut berkaca-kaca.

Kemudian beliau mempersilahkan siswa/i lainnya untuk maju.


Datanglah satu siswa dengan semangat, setengah berlari ke depan.

Kemudian ia menyanyikan lagu yang cukup terkenal, tapi tidak lazim dinyanyikan anak kecil, "Mari semua dansa denganku.." nya Aura Kasih sambil joged-joged, heboh sendiri.
Sampai anak2 lain pun tertawa, tapi tidak dgn Ibu Guru, beliau justru geleng-geleng dgn muka sedih. Dari cerita si anak, diketahui lantaran tiap pagi ayahnya nyalain radio, sering dgr lagu itu dan lihat video klipnya di TV)

Majulah siswa lainnya, dengan gaya rambut mohawk, jalannya penuh gaya sambil lirik kiri-kanan. Langsung diambilnya sapu di samping papan tulis, kemudian tiba-tiba ada suara keras,

"Musiik!!" Teriaknya sambil memegang sapu layaknya gitar..
"Kau bidadari jatuh dari surga dihadapanku. Yeea yeaa"
Ibu Guru makin geleng-geleng. Anak-anak yg lain speechless, ngga tahu karena terpesona dgn penampilannya, atau malah ilfil..

Begitu seterusnya hingga semua siswa tampil ke depan, kecuali satu anak yang dari tadi duduk di pinggir jendela paling belakang, sambil baca buku cerita.

Ibu Guru pun memanggilnya, "Nak, ayo giliran kamu"

Si Anak ternyata dari tadi tidak memperhatikan karena asyik dengan buku ceritanya.
"Giliran apa ya bu?", tanya si anak tadi penasaran.
"Coba kamu nyanyikan lagu yg kamu suka, atau yg kamu ketahui", jawab bu guru sambil tersenyum

"Saya ngga bisa nyanyi bu, di rumah juga jarang dengar lagu.." Katanya dengan polos
"Tidak apa-apa, yg pernah kamu dengar saja...", belum selesai ibu guru bicara, tiba-tiba anak bergaya mohawk tadi nyeletuk, "Dia mah ngga gaul bu, ngga pernah tahu lagu yg ngetrend sekarang. Hahaha.." Katanya sambil terkekeh.
"Sst.. Tidak boleh begitu ya", ibu guru menasihati anak tadi.
"Ayo, semua sudah maju, tinggal kamu yg belum. Setelah kamu maju, kita istirahat makan siang ya.", Ibu guru kembali membujuknya agar mau maju.
"Iya, bu guru.", akhirnya anak itu mau maju.


Tapi dalam hatinya, ia bingung, lagu apa ya yg kira-kira mau ditampilkan. Kata teman sebelahnya, semua lagu wajib sudah dinyanyikan yg lain, otomatis harus cari yg lain.
 

Akhirnya ia pun ingat lagu yg sering ia dengar di rumah, dan itu juga paling suka dinyanyikan ayahnya dirumah. Ia pun bersiap-siap, dan...
 

Dengan wajah sedikit menunduk, ia mulai membuka mulutnya.

Beberapa detik, semuanya diam dengan muka heran tanda tak mengerti apa lagu yg mereka dengar, mungkin itu lagu baru, atau lagu bahasa asing yg belum booming di Indonesia.

Demi mendengar itu, Ibu Guru juga geleng-geleng, tapi dengan mata berkaca-kaca sambil mengucap "Subhanallah.. Luar biasa anak ini.."

Tahukah apa yg dinyanyikan anak itu?

"Tabaarakalladzi biyadihil mulku wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir".. Juz 29 Surat Al-Mulk dengan nada Qori' Thaha Al Junayd, yg pernah jadi Imam Shalat Tarawih di Masjidil Haram (kalau tdk salah)
 

Ya, lantaran ayahnya seorang hafidz Quran dan beliau sering menyalakan murottal di laptopnya tiap subuh, sambil muroja'ah, dan itupun diketahui oleh anak itu yg sesekali diajak shalat shubuh berjamaah dirumah.


**
Lagu itu asing di telinga yang jarang mendengarkannya
Tapi ia senantiasa dekat
Dan membawa kedekatan tersendiri kepada penciptanya
Luar biasa..
Semoga kelak kita bisa melahirkan generasi yg hebat seperti anak itu. Tentunya, kita jg harus bisa jadi seperti orang tuanya :)


*Cerita ini hanyalah fiktif belaka, tapi fenomenanya bisa kita amati, dan mungkin saja benar terjadi. Semoga kita bisa ambil hikmahnya :)

Cimahi, 30 Oktober 2012


**

Ingin tahu seperti apa bacaan dari anak tadi yang saya maksud?
Mangga cek di Youtube: http://www.youtube.com/watch?v=iM4EkbKRBuE
atau download MP3 nya disini 

Popular posts