Salamku dari Super Jet

  • 0
Ibarat naik kendaraan untuk sampai ke tujuan, aku berada dalam sebuah pesawat jet kelas eksekutif, yang kursinya terbatas, dan dengan fasilitasnya yg lebih dari yg lain.

Lain pesawat jet, lain pula bis.
Ya,kalian juga sedang menuju ke tujuan yg sama denganku, namun akhir perjalanan ini masih misteri.
Bis, yg berkapasitas besar, dengan kecepatan sedang, namun kadang juga bisa ngebut, bisa melambat. Orang2 bisa saling bercengkrama dan bercerita dengan asyiknya.

Sementara, aku yg duduk di pesawat jet, hanya bisa melihat indahnya awan dari balik jendela, tanpa bisa ikut melukiskan indahnya pelangi bersama teman2 yg lain.

Mungkin, aku satu-satunya org yg paling bandel di penerbangan ini, gimana tidak, aku sering melepaskan ikat pinggang hingga terkadang jatuh dan terpelanting, sementara yg lain duduk manis dengan sabuk pengaman yg membuatnya tetap di tempat duduknya.
Berkali-kali pramugari mengingatkanku agar tetap di tempat duduk, tapi aku tak peduli. Aku jg ingin merasakan bagaimana indahnya bercerita dengan byk orang, mendengarkan nyanyian pengamen, atau sesekali merasakan sensasi berebut tempat duduk.


Gedung berlantai 4 itu kini sudah megah berdiri, tepat di seberang gedung yg sama persis dengannya, namun lebih dahulu ada.

Satu sisi aku merasa senang, bangga, dengan semakin cepatnya pembangunan, berarti semakin besar kampus ini. Namun satu isi, semakin kampus ini dibangun, semakin perasaanku runtuh, berarti semakin cepat aku akan berpisah dengan teman2 yg lain. Mungkin hitungan tahun, atau semester, atau bahkan bulan.

Cepat atau lambat kita pasti berpisah kawan. Entah dengan berkurangnya intensitas bertemu, sekedar rapat atau ngumpul di sekre, tidak lagi bisa kulakukan sesering dulu karena memang jarak yg memisahkan kita.


*To be Continued

No comments:

Post a Comment

Popular posts