Seorang kakek terlihat sedang asyik merawat pohon kurma di depan rumahnya. Pohon itu belumlah besar, kira-kira hanya setinggi anak kelas 3 SD.
Suatu hari cucunya datang berkunjung, dan main ke kebun belakang, ternyata disana banyak juga pohon kurma seperti di depan rumah. Kebetulan, saat itu giliran si kakek mengecek pohon kurma di kebun belakang. Si cucu pun tak lupa diajak ikut bersamanya.
Setelah berkeliling kebun, si cucu pun penasaran, karena belum satupun dari pohon-pohon itu yang sudah berbuah. Dikiranya, kakek mengajak untuk panen, tapi ternyata hanya melihat-lihat saja.
Si cucu bertanya dengan herannya,
"Kakek kenapa kok rajin sekali merawat pohon kurma itu, berbuahnya kan masih lama?"
Kakek pun menjawab dengan tersenyum,
"Iya, kakek tahu mungkin saat pohon ini berbuah, kakek sudah tidak ada dan tidak sempat memakannya.
Tapi, kakek tetap menanamnya, karena kakek ingin agar kamu yang nanti bisa menikmatinya.
Kakek tidak menanam untuk kakek sendiri, kakek menanamnya untuk kamu, cu"
(Sekedar Intermezzo)
**
Apa yang kau tanam hari ini,bisa jadi tidak ikut kau nikmati,tapi kelak anak-cucumulah yang akan mendapati.
Bukankah apa yang kita rasakan hari ini
adalah buah dari perjuangan orang-orang terdahulu?
Bukankah kurma yang kita makan,
pohon rindang di kebun belakang,
adalah nenek moyang kita yg menanam?
Jika saja orang-orang terdahulu hanya memikirkan dirinya saja dan tidak menanam sesuatu untuk generasi setelah mereka, pastilah kita tidak akan bisa menikmati apa yg kita temui sekarang.
Jika saja kakek-nenek kita hanya menghabiskan sumber daya yang ada di masa lalu, dan tidak memikirkan untuk meninggalkan sesuatu untuk anak-cucunya kelak, pastilah sekarang ini kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Maka, cukuplah upaya kita menjaga apa yang ada sekarang sebagai balas budi dan rasa terima kasih kepada para pendahulu kita. Sambil kita juga meneruskan perjuangan mereka, dan melakukan hal yang sama.
Tanamlah sesuatu yang akan bermanfaat untuk anak-cucu kita, karena dulu kita juga pernah menjadi mereka.
Kalau saja kita dilahirkan pada zaman anak-cuxu kita kelak, kita pasti tidak mau sengsara dan tidak punya apa-apa kan?
Kalau kelak kita hidup di zaman mereka, kita pasti mengharapkan kehidupan yang damai dan penuh kebaikan bukan?
Nah sekarang, apa yang sedang kita tanam, kebaikan atau keburukan?
Manfaat atau kesia-siaan?
**
![]() |
Suasana Sidang Umum Karisma 34 "SUKA KETUPAT" |
Mungkin ini adalah akhir dari masa-masa aktif saya di Karisma, tapi bukan berati lepas begitu saja. Karena, pembelajaran itu selalu berlanjut, hanya saja mungkin berbeda perannya. Namun, seperti yang disampaikan Ketua Umum Karisma periode 34 yang baru saja terpilih, Adrian Tahriz Lazuardi, jangan berhenti untuk berdakwah. Tidak ada kata berhenti, meskipun bukan pengurus lagi.
Sidang Umum hari ini juga mengingatkan pada masa-masa awal di Karisma, dimana saya yang awalnya asing (lebih tepatnya merasa terasing) karena sama sekali tidak mengenal siapapun di Salman saat itu, kemudian menjelma menjadi eorang "Aktifis Salman" yang ikut berbagai macam kegiatan dari Salman dan hampir setiap hari 'seliweran' di Salman, bahkan sempat 'ngekos' juga di sekretariat Karisma (sampai sekarang, kadang-kadang sih, hehe)
Saya merasakan betul banyak sekali perubahan yang saya alami dalam hidup semenjak bergabung di Karisma, terutama dalam hal ruhiyah dan amalan juga ilmu. Saya yang waktu itu masih tinggal dengan saudara di UjungBerung yang cukup jauh dari kampus, menjadikan Salman sebagai tempat transit dan istirahat di sela-sela perjalanan ke kampus atau pulang kuliah. Bahkan sempat dikira anak ITB, gara-gara lebih sering di Salman daripada di kampus sendiri, hehe. Maka saya pun ingin agar adik-adik kelas di SMA -yang juga Alhamdulillah banyak yg kuliah di ITB, agar bisa ikut aktif di Karisma. Minimal bisa ikut menjadi lebih baik, jalannya dengan gabung di Karisma. Dan Adrian adalah salah satunya.
Dulu saat mengajak Adrian dkk (saat Open House Unit Salman di ITB, sekitar bulan Oktober 2011) saya tidak mengharap macam-macam, dan sama sekali tidak menargetkan akan jadi apa mereka kelak ketika aktif di Karisma. Yang menjadi motivasi saya saat itu adalah, agar mereka juga mendapatkan kebaikan seperti yang saya rasakan, dan semoga bisa menjadi salah satu jalan hidayah, juga menjadi 'benih' yg kelak akan bisa saya tanam kebaikannya di akhirat.
Dan, sungguh bersyukur ketika akhirnya Allah menghadirkan takdirnya lewat skenario berbagai rupa. Saya pun melihat banyak sekali perkembangan-perkembangan baik dari beliau, yang saya pun tidak menyangkanya. Seperti keaktifannya dalam membina adik-adik remaja, hingga dipercaya menjadi Kepala Divisi dan jenjangnya terus meningkat. Sampai puncaknya hari ini, ketika skenario takdir itu sampai pada episode terpilihnya ia sebagai Ketua Umum Karisma, yang bisa dibilang sebuah lahan amal yg sangat besar, juga tak lupa sebuah ujian yang juga hebat. Sangat mengharukan ketika orang yang kita ajak menjadi jauh lebih baik dari kita, hingga sampai sejauh ini. Semoga amanah dan tetap istiqamah.
![]() |
Selamat, dan semangat mengemban amanah ya Adrian :) |
Dari situ, saya pun teringat akan pesan seorang pemateri dalam satu sesi pembinaan bagi kami para pembina untuk melengkapi bekal agar siap menjadi mentor bagi adik-adik remaja, yang kurang lebih begini,
"Jangan anggap kalian hanya sekedar membina seorang anak biasa-biasa, tapi hayatilah bahwa sedang membina calon pemimpin bangsa, orang besar. Bisa jadi kelak ia adalah ayah dari keluarga yg luar biasa, seorang Gubernur yang amanah, atau bahkan seorang Presiden."
Begitupun, saya dulu tidak tahu akan jadi apa mereka yang saya ajak ini, karena saat itupun saya masih bukan siapa-siapa, tapi yang saya yakini saya sedang mengajaknya kepada kebaikan.
Lalu, kalau dikembalikan lagi, bukankah saya dulunya juga ada yang mengajak?
Hey Iqbal, bukankah dulu ada orang yang berjasa mengantarkan kamu hingga sekarang ini?
![]() |
Kang Afdilla Gheivary (Kiri) dan saya bertemu di kantornya di Jakarta |
Jika direnungkan kembali, apa yang saya dapatkan hari ini, pengalaman berorganisasi, sahabat-sahabat yang menginspirasi, dan ilmu yang saya dapati selama ini tidaklah saya temukan jalannya begitu saja; ada yang menunjukkan.
Alhamdulillah, wa syukrulillah Allah telah takdirkan seorang hambaNya untuk menjadi jalan hidayah Nya. Sungguh tak tahu diri rasanya jika saya mendapatkan itu semua atas usaha saya sendiri, sungguh tak berbalas budi rasanya jika saya hanya tahu apa yang sudah saya lakukan selama ini tanpa ingat apa yang telah dilakukan oleh orang yang menunjukkan saya ke jalan ini.
Sunggug saya harus banyak-banyak berterimakasih kepada Kang Afdil, kakak angkatan yang sempat menjadi mentor di kampus. Beliaulah yang pertama kali mengenalkan saya kepada Karisma. Dari yang awalnya hanya tahu dari cerita, hingga akhirnya bisa ikut berbagi cerita disana. Tidak hanya beliau, tapi banyak juga kakak-kakak yang menginspirasi hingga akhirnya saya memutuskan untuk ikut aktif di Karisma, seperti Kang Ibrahim Imaduddin Islam (Mang Ibam) dan Kang Dewanggono.
Alhamdulillah, wa syukrulillah Allah telah takdirkan seorang hambaNya untuk menjadi jalan hidayah Nya. Sungguh tak tahu diri rasanya jika saya mendapatkan itu semua atas usaha saya sendiri, sungguh tak berbalas budi rasanya jika saya hanya tahu apa yang sudah saya lakukan selama ini tanpa ingat apa yang telah dilakukan oleh orang yang menunjukkan saya ke jalan ini.
Sunggug saya harus banyak-banyak berterimakasih kepada Kang Afdil, kakak angkatan yang sempat menjadi mentor di kampus. Beliaulah yang pertama kali mengenalkan saya kepada Karisma. Dari yang awalnya hanya tahu dari cerita, hingga akhirnya bisa ikut berbagi cerita disana. Tidak hanya beliau, tapi banyak juga kakak-kakak yang menginspirasi hingga akhirnya saya memutuskan untuk ikut aktif di Karisma, seperti Kang Ibrahim Imaduddin Islam (Mang Ibam) dan Kang Dewanggono.
Meskipun mereka tidak secara langsung mengajak dan apalagi "menyeret" saya untuk bergabung di Karisma, tapi bagi saya mereka juga turut andil dalam mengantarkan saya menjadi bagian dari Karisma ITB. Semoga peran mereka Allah catat sebagai kebaikan, karena menjadi jalan hidayah bagi adiknya ini. Barakallahulahum..
Seringkali ketika saya berkegiatan di Karisma, saya juga ingat bahwa beliau-beliaulah yang menjadi sebab saya ada disini, dan tak hentinya berusaha untuk berbuat kebaikan, meningkatkan kapasitas diri, juga menjaga ruhiyah. Lingkungan Karisma saya akui mampu membantu dalam menjaga ruhiyah dan juga meningkatkannya.
Maka, ketika saya melakukan kebaikan dan memberi manfaat di karisma, seandainya Allah ridha dan membalasnya dengan pahala kebaikan, sejatinya mereka pun akan mendapatkan pahala kebaikan itu.
Seperti hadits rasulullah:
Maka, ketika saya melakukan kebaikan dan memberi manfaat di karisma, seandainya Allah ridha dan membalasnya dengan pahala kebaikan, sejatinya mereka pun akan mendapatkan pahala kebaikan itu.
Seperti hadits rasulullah:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا.
"Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu bahwa RasulullahShallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka." (HR Muslim)
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ.
"dari Abu Mas'ud al-Anshari al-Badri radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallambersabda, Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya'." (HR Muslim)
فَوَاللهِ، لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ.
dari Sahal bin Sa'ad , bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Aliradiyallahu 'anhu,"Demi Allah, sungguh Allah memberi petunjuk terhadap seorang laki-laki melalui dirimu adalah lebih baik bagimu daripada kamu memperoleh unta merah."
(Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Maghazi, Bab Ghazwah Khaibar, 7/476, no. 4210; Muslim, Kitab ash-Shahabah Bab Fadha`il Ali ibn Abi Thalib, 4/1872, no. 2406.)
Bayangkan betapa besar pahala dari upaya menanam benih-benih kebaikan, salah satunya dengan mengantarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik melalui Karisma ITB?
Ketika saya bisa memberikan manfaat kepada orang lain, sejatinya mereka juga pada hakikatnya memberikan manfaat tidak hanya kepada saya tapi juga kepada orang lain. Buah dari apa yang mereka tanam mungkin tidak dirasakan langsung oleh mereka, tapi oleh saya, orang-orang yang mendapatkan manfaat dari hadirnya saya di Karisma, adik-adik binaan saya; bahkan jika saya mengadakan sebuah kegiatan di Karisma dan menjadi ketua panitianya, peserta yang mendapatkan manfaatnya juga tak luput dari rantai kebaikan ini. Terus-menerus, pahalanya mengalir kepada orang yang pertama kali menunjukkan jalan kebaikan ini. Wallahu a'lam...
Bayangkan bagaimana, benih yang beliau-beliau tanam kelak akan berbuah kebaikan yang banyak, yang mungkin sudah mulai Allah tampakkan hasilnya di dunia. Balasannya juga bisa jadi tidak sekarang, tapi pasti, suatu saat, Insya Allah...
Maka, salah satu cara menanam 'benih' untuk masa depan adalah mengajak sebanyak mungkin orang-orang disekitar kita kepada kebaikan, juga berusaha menyampaikan kebaikan kepada siapa saja. Karena kita tidak tahu dari sekian orang itu siapa yang akan jadi tokoh-tokoh perubahan bangsa. Kita juga tidak tahu, dari sekian kebaikan yang kita lakukan itu, mana yang akan menjadikan kita pantas menurut Allah untuk dimasukkan kedalam surga-Nya.
Bukankah kalau kita menanam kebaikan, kita kelak akan memanen kebaikan pula?
Tanamlah sesuatu. Tinggalkan jejakmu. Lakukan sesuatu untuk investasi akhiratmu.
*Hikmah selepas Sidang Umum Karisma ke-34 hari ini.
#Inspirasiana #SajakPena
Bandung, 22 Juni 2014 (disempurnakan 23 Juni 2014 - 2.00, kembali ditambah 23 Juni 2014 - 9.00)
No comments:
Post a Comment