Orang yang kurang tafakur akan menangis karena derita berkepanjangan, tapi orang yang banyak tafakur akan menangis karena rasa syukur - Aa Gym
Di suatu negeri, ada cara unik untuk menangkap monyet. Tidak dengan senapan, tombak, atau senjata pada umumnya tapi dengan sebuah toples kaca. Ya, toples. Bagaimana caranya?
Toples itu terlebih dahulu diisi dengan kacang tanah sebagai umpan monyet, lalu toples itu ditanam di dalam tanah, dengan menyisakan lubang toples yg terbuka.
Tunggu saja sampai ada monyet mendekat, dan mengambil kacang yang ada di dalamnya. Lalu, kita akan lihat bahwa monyet itu segera terperangkap
Apa yg terjadi? Setelah mengambil kacang itu, monyet pun sadar dan mencoba mengeluarkan tangannya, tapi sayang sudah terlambat. Monyet itu sama sekali tidak bisa lepas dari toples, kenapa? Karena tangannya masih menggenggam erat kacang-kacang itu sehingga tersangkut di mulut toples.
Kalau monyet itu bisa bertafakur, sebenarnya mudah saja utk mengeluarkan tangannya, cukup lepaskan kacang2 itu, ya kan? Tapi ia tidak melakukannya, karena tidak mau melepaskan kacang-kacang itu sama sekali.
**
Berkaca dari monyet tadi, kita melihat betapa ia sulit keluar dari jebakan, karena ketidak tahuannya. Sibuk fokus pada kacangnya, bukan bagaimana melepaskan diri.
Berapa banyak dari kita yg seperti monyet itu? Sibuk menggenggam erat rasa sakit hati, cemburu, sehingga tidak bisa lepas dari belenggunya?
Padahal, cukup kita lepaskan sakit hati itu dan kembalikan kepada Allah, tafakuri dan ambil hikmahnya.
Orang yang kurang tafakur akan menangis karena derita berkepanjangan, tapi orang yang banyak tafakur akan menangis karena rasa syukur - Aa Gym
Secuplik inspirasi dari Kajian Ma'rifatullah bersama Aa Gym, Kamis 5 Juni 2014
**
Dear all, kita mungkin tertawa dengan tingkah monyet itu. Kita bisa jadi terbahak saat melihat kebodohan monyet yang terperangkap dalam toples. Tapi, mungkin, sesungguhnya, kita sedang menertawakan diri kita sendiri. Betapa sering, kita mengenggam setiap permasalahan yang kita miliki, layaknya monyet yang mengenggam kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberikan maaf, tak mudah melepaskan maaf, memendam setiap amarah dalam dada, seakan tak mau melepaskan selamanya.
Seringkali, kita, yang bodoh ini, membawa "toples-toples" itu kemana pun kita pergi. Dengan beban yang berat, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap dengan persoalan pribadi yang kita alami.
Dear all, bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lalu, dan menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah lebih menyenangkan, untuk memberikan maaf bagi setiap orang yang pernah berbuat salah kepada kita? Karena, kita pun bisa jadi juga bisa berbuat kesalahan yang sama. Bukankah lebih terasa nyaman, saat kita membagikan setiap masalah kepada orang lain, kepada teman, agar di cari penyelesaiannya, daripada terus dipendam?
(Dikutip dari blog Kisah Motivasi Hidup)
Seringkali, kita, yang bodoh ini, membawa "toples-toples" itu kemana pun kita pergi. Dengan beban yang berat, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarnya sedang terperangkap dengan persoalan pribadi yang kita alami.
Dear all, bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lalu, dan menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah lebih menyenangkan, untuk memberikan maaf bagi setiap orang yang pernah berbuat salah kepada kita? Karena, kita pun bisa jadi juga bisa berbuat kesalahan yang sama. Bukankah lebih terasa nyaman, saat kita membagikan setiap masalah kepada orang lain, kepada teman, agar di cari penyelesaiannya, daripada terus dipendam?
(Dikutip dari blog Kisah Motivasi Hidup)
Tulisan semisal tentang perangkap Toples Monyet:
No comments:
Post a Comment