Rasa ketertarikan tidak selalu disebabkan karena faktor fisik dan sosial, karena dia ganteng/cantik atau sifatnya yang baik. Tapi juga melibatkan mekanisme kimia, melalui feromon. Itulah kenapa ia disebut chemistry. -Iqbal Arubi-
Mungkin kita sering mendengar kata 'chemistry', terutama ketika membahas soal hubungan antara dua insan yang berlawanan jenis, pria dan wanita. Seringkali kita temukan peristiwa dimana seseorang merasa cocok atau tidak dengan pasangannya, dengan menghubungkannya dengan istilah 'chemistry'.
Kalau cocok, orang akan mengatakan ada 'chemistry' diantara mereka. Kalau tidak cocok, artinya kita tidak punya chemistry dan hubungan kita berakhir sampai sini.. hehe. Tapi, apa sih 'chemistry' itu sendiri?
Kalau cocok, orang akan mengatakan ada 'chemistry' diantara mereka. Kalau tidak cocok, artinya kita tidak punya chemistry dan hubungan kita berakhir sampai sini.. hehe. Tapi, apa sih 'chemistry' itu sendiri?
Secara umum, kita sepakat bahwa 'chemistry' berarti keadaan dimana kita merasakan adanya kecocokan yang ditandai dengan perasaan nyaman ketika bersama seseorang, yang menurut kita akan menjadi pasangan hidup kita selamanya. Tapi bukan berarti chemistry itu hanya berlaku untuk hubungan lawan jenis, bisa juga berlaku umum dengan siapa saja, mungkin dalam konteks yang berbeda seperti kekompakan tim dan persahabatan.
Saya menyimak sebuah video dokumenter yang menceritakan bagaimana siklus kehidupan manusia semenjak lahir hingga wafat, di dalamnya diceritakan peristiwa-peristiwa kronologis dari masa bayi hingga dewasa dan pada akhirnya menjadi tua. Lengkap dengan detail-detail proses apa saja yang terjadi, tidak hanya yang terlihat tapi juga apa yang tersembunyi di dalam tubuh. Apakah itu reaksi kimia, pergerakan tulang, aliran darah, kerja otak, dsb.
Dari penjelasan tersebut saya menemukan satu peristiwa menarik, ketika memasuki segmen yang menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi di dalam tubuh saat seseorang memasuki masa puber, hingga dewasa yang ditandai dengan adanya ketertarikan dengan lawan jenis dan mulai aktifnya organ reproduksi.
Masih ingatkah ketika kita menyukai seseorang saat SMA, atau kuliah, dimana kita merasa deg-degan dan muka memerah ketika berjumpa dengan 'si doi'? tiap malam ngga bisa tidur, hingga berbagai macam tingkah polah yang aneh dan kita sendiri tidak mengerti kenapa. Semuanya dijelaskan secara detail dalam video itu. Mau tahu? silahkan disimak videonya, hehe
Nah, saya ingin membahas tentang fenomena yang umumnya terjadi di masa puber, dan sering jadi titik kunci bahwa seseorang memang sudah memasuki fase menuju dewasa, yaitu jatuh cinta. Jatuh cinta ini ditandai dengan adanya rasa ketertarikan dengan lawan jenis yang membuat perasaan melayang dan nyaman.
Jatuh cinta secara biologis dijelaskan dengan adanya perubahan hormon yang mengakibatkan kita mengalamai sensasi yang berbeda dalam menjalani aktfitas sehari-hari. Kita bisa jatuh cinta dengan seseorang dengan berbagai sebab, namun sebagian besar karena soal fisik dan sosial. Faktor fisik misalnya ketika kita lihat dia ganteng/cantik dan faktor sosial seperti sifat dan perilakunya.
Dalam video tersebut juga digambarkan bahwa adanya rasa ketertarikan dan rasa cocok itu ternyata tidak hanya berdasarkan pada faktor yang terlihat seperti fisik dan sosial.Ternyata ketertarikan itu juga dibangun melalui satu mekanisme tak terlihat yang terjadi dan diperankan oleh sesuatu yang bernama 'feromon'.
A pheromone (from Greek φέρω phero "to bear" and hormone, from Greek ὁρμή "impetus") is a secreted or excreted chemical factor that triggers a social response in members of the same species. Pheromones are chemicals capable of acting outside the body of the secreting individual to impact the behavior of the receiving individual.[1] There are alarm pheromones, food trail pheromones, sex pheromones, and many others that affect behavior or physiology. Pheromones are used from basic unicellular prokaryotes to complex multicellulareukaryotes.[2] Their use among insects has been particularly well documented. In addition, some vertebrates andplants communicate by using pheromones. (Wikipedia English)
Atau kalau diterjemahkan kurang lebih feromon ini adalah
"sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seksual pada jantan maupun betina. Zat ini berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat memengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies)." (Wikipedia)
Feromon ini bekerja seperti sinyal yang mengirimkan pesan dari tubuh kita kepada dunia luar. Pesan ini berisi tentang sebagian informasi genetik dan bagaimana cara tubuh kita melawan penyakit. Feromon tidak hanya terdapat pada manusia, tapi juga hampir di semua hewan yang ada di bumi.
Feromon ini tidak berwarna dan tidak berbau, itulah kenapa kita tidak sadar bahwa tubuh kita selalu mengeluarkan feromon. Meskipun tidak tercium, bukan berarti senyawa kimia itu tidak dikenali oleh tubuh kita. Saraf dalam hidung kita sangat sensitif dan bisa menangkap feromon yang ada di udara, dan kemudian mengirimnya ke otak untuk kemudian diterjemahkan sebagai sebuah pesan kimia.
Pada hewan, feromon berperan dalam proses menuju perkawinan antara jantan dan betina. Umumnya hewan betina akan mengeluarkan feromon untuk menarik pejantan, dan bila feromonnya cocok dengan yang diinginkan, mereka pun akan melakukan perkawinan. Jika tidak maka akan diabaikan.
Begitu juga pada manusia, feromon ini dapat mempengaruhi sikap kita terhadap seseorang yang kita temui. Karena setiap orang mengeluarkan feromon yang khas dan berbeda satu sama lain, pesan yang kita tangkap pun akan berbeda.
Hal ini menjelaskan kenapa kita merasakan hal yang berbeda ketika kita berdekatan dengan orang yang berbeda pula. Kadang kita merasakan nyaman kadang pula merasa tidak nyaman, bergantung dari feromon yang dikeluarkan oleh orang tersebut.
Kita mungkin pernah atau suatu saat akan mengalami perasaan nyaman dan aman ketika kita berdekatan dengan seseorang, kemudian berbincang akrab meskipun kita belum pernah mengenal orang itu sebelumnya. Salah satunya bisa jadi karena kecocokan feromon.
Oleh karena sifat mekanismenya itu, feromon ini bisa berfungsi seperti radar, yang menuntun otak kita menemukan kecocokan secara genetis dengan orang lain, terutama orang yang akan menjadi pasangan hidup kita. Sensasi kecocokan itu akan semakin kuat seiring dengan semakin besarnya kemiripan dalam hal genetis antara kita dengan orang tertentu. Mungkin dalam hal bentuk wajah, makanan kesukaan, dll. Sebagian besar kita cenderung menyukai orang yang juga menyukai hal yang sama dengan kita.
Maka, benar saja ketika kita merasa ada kecocokan dengan seseorang dan kita bilang ada 'chemistry'. Karena memang, kita sedang mengalami sebuah mekanisme kimia yang melibatkan senyawa kimia bernama feromon. So Chemistry, right? :D
Hmm.. pantas saja, banyak yang bilang kalau orang yang berjodoh itu mukanya mirip, atau pembawaannya serupa. Bisa jadi karena memang mereka mempunyai banyak kesamaan dalam gennya ya.
"Wah, kalau gitu bisa dong kita memanfaatkan feromon ini untuk mencari jodoh?"
Mungkin, karena memang masing-masing kita dibekali kemampuan untuk mengenali feromon yang cocok dengan kita. Tapi sayangnya, mekanisme feromon ini adalah mekanisme alami yang terjadi tanpa sadar dan tidak bisa kita kendalikan. Artinya, kita tidak bisa secara sadar mengatur kapan feromon kita akan keluar, komposisinya seperti apa, dan aroma feromon apa yang disukai oleh tubuh kita, tidak bisa.
Seandainya kita bisa mengendalikan feromon ini, kita mungkin bisa menggunakannya untuk menarik pria/wanita yang kita suka dengan mengubah aroma feromon kita sesuai yang dia inginkan. Asyik ya? hehe..
Tapi tenang, jangan berkecil hati dulu. Kabarnya sekarang feromon ini bisa dibuat secara sintetis dan digunakan sebagai parfum semprot, biasanya dipakai peneliti untuk menarik perhatian serangga seperti kupu-kupu, atau dicampur dengan bahan kimia lain sebagai bahan untuk mengusir serangga yang tidak diinginkan seperti nyamuk dsb.
Jadi mungkin kita bisa tuh pakai semprotan hormon supaya menarik perhatian lawan jenis, hehe. Tapi karena kita tidak tahu bagaimana aromanya dan apa efek yang ditimbulkan, saya tidak menyarankan untuk mencoba dan saya tidak bertanggung jawab kalau ada yang nyoba ya. Resiko ditanggung sendiri, hehe :D
Sumber Referensi:
- Wikipedia: Pheromone (English), Feromon (Bahasa Indonesia)
- blog hermanyudiono.wordpress.com (Inspirasi judul tulisan dan fungsi hormon)
- Video dokumenter di Youtube (National Geographic: Inside of Living Body)
No comments:
Post a Comment