#JurnalSyukur - Try to Do Something New

  • 0
[30 Januari 2014]
3 hal yang paling saya syukuri hari ini:
  • Bangun pagi dan Shalat Shubuh berjamaah
  • Siaran bareng kang Harri Firmansyah di RASE FM
  • Dapat hikmah dan ilmu baru tentang "Mencoba Hal Baru" dalam hidup. 
** 
Alhamdulillah, pagi ini kembali diijinkan untuk bangun pagi dan shalat shubuh berjamaah, meskipun masih dalam kondisi agak ngantuk, karena semalam baru tidur pukul 02.00 setelah sesi menulis dengan Ridwan Gumilang dan dialnjutkan dengan ritual ngupdate website.

Seperti rencana sebelumnya, aksi saya hari ini adalah mewawancarai kang Harri Firmansyah untuk memberikan testimoni tentang GAMUS, mengingat pada hari jumat akan diadakan temu alumni sekaligus prosesi pembubaran GAMUS untuk kemudian dibentuk kembali menjadi LDF (Lembaga Dakwah Fakultas). Sebagai konsekuensi dari penggabungan 4 institusi (IM Telkom, IT Telkom, Poltek Telkom, dan STISI Telkom), maka organisasi-organisasi mahasiswa pun ikut berubah dan bergabung satu sama lain, tidak terkecuali GAMUS yang kemudian ikut bergabung menjadi satu bagian dari keluarga LDK Al-Fath Universitas Telkom.

Waktu menunjukkan pukul 05.50, selepas shalat shubuh di Salman saya pun langsung bergegas menuju RASE FM, tempat saya akan bertemu dengan Kang Harri, yang tidak jauh dengan Masjid Salman, karena In Sya allah beliau mengisi program Embun Pagi rutin setiap hari Senin & Kamis, pukul 06.00. Karena waktunya sudah sangat dekat, maka saya pun memacu motor dengan kencang, hingga hampir saja terpeleset di tikungan dekat ITB, masya allah.

Udara dingin yang menusuk tulang, harus dihadapi demi menjalankan tugas suci ini, karena tidak ada waktu lagi untuk mengambil momen ini, mengingat kang Harri dijadwalkan pukul 06.30 harus berangkat ke Jakarta selepas mengisi Embun Pagi. Sebagai gantinya, koordinator Pengajian ButterflyAct, Kang Saeful Ulum pun diminta untuk ikut siaran agar bisa melanjutkan apabila Kang Harri sudah waktunya berangkat.

Rencana allah sungguh indah, dari yang semula kang Harri harus pergi di tengah siaran, ternyata allah mengizinkan beliau untuk silaturahim lebih lama. Pukul 06.30, tiba waktunya break, ketika dikonfirmasi oleh announcer apakah akan langsung berangkat, Kang Harri pun menjawab "Beresin aja ini dulu. Saya ke Jakarta nya nanti, karena harus mencoba sesuatu yang baru dulu di Cimahi." Alhamdulillah, allah mengizinkan beliau untuk mengisi acara sampai selesai. Yang tadinya rencana awal langsung ke Jakarta, ternyata berubah menjadi sedikit digeser karena kang harri harus terlebih dulu ke Cimahi, jadi berangkatnya nanti selepas dari Cimahi. Allahu Akbar.

Selama siaran saya mendapat banyak sekali hikmah dan ilmu baru dari Kang Harri dan Kang Ulum, yaitu tentang "Mencoba Hal Baru", kaitannya dengan kebiasaan-kebiasaan atau ritual -istilah kang harri- yang ternyata bisa melahirkan 3 dampak negatif, yang bisa menghambat produktifitas kita.
Selain itu juga dibahas tentang Syukur dan Ikhlas, sebagai jawaban atas pertanyaan dari pendengar. Kang Harri menyampaikan tentang dua hal ini, ditambah dengan sabar, bahwa menjadi seorang muslim itu mudah: Ketika apa yang terjadi pada kita sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus Syukur. Sedangkan ketika itu tidak sesuai dengan keinginan kita, maka kita Sabar. Kemudian Maka kita harus ikhlas, "sing ikhlas", kata Kang Harri.

Ada satu lagi inspirasi yang menarik tentang Syukur dan Ikhlas ini dari Kang ulum, beliau mengilustrasikan Syukur dan Sabar ini seperti sebuah sepeda motor. Ikhlas adalah bensinnya, yang kita perlukan di awal, tengah, hingga akhir perjalanan. Kemudian Syukur ini adalah tarikan gasnya, kalau hidup kita mau lebih 'ngebut' maka syukur kita harus makin kuat. Terakhir, sabar ini adalah kehati-hatian kita dalam mengendarai kendaraan. (Selengkapnya bisa dibaca di sini: Embun Pagi, "Try to do Something New")

Sembari Kang Ulum membagikan ilmunya kepada para pendengar, saya pun pindah ke sebelah kang hari untuk mengingatkan soal syuting hari ini. Dasar memang baru pertama ikutan siaran di studio besar, Kang Harri pun memberi isyarat untuk tidak mengeluarkan suara, dan menunjuk kearah BB nya sambil menggerakkan jari-jarinya seolah mengetikkan sesuatu, saya pun mengerti.
Pembicaraan berlanjut melalui memo di BB, saya pun menjelaskan poin-poin yang nanti akan disampaikan, yaitu sejarah singkat tentang awal terbentuknya GAMUS, kemudian kesan beliau tentang GAMUS, dan pesan untuk pengurus dan keluarga besar GAMUS sekarang. Beliau pun menyanggupi.

Cobaan pun datang, beberapa kali kami harus take ulang, karena ada-ada saja halangannya, mulai dari baterai kamera yang habis, sampai memorinya yang juga ikutan out of space. Padahal, sore harinya saya sudah mengisi ulang baterai kamera itu sewaktu pengajian ButterFlyAct, meskipun Cuma sebentar. Tapi entah kenapa tiba-tiba baterainya menjadi kosong tak berdaya dan mati dalam sekejap. Alhamdulillah, solusi pun datang setelah kami mendapatkan pinjaman kamera saku dari crew RASE FM yang batrerainya full. Syuting pun dimulai kembali.

Belum sampai 1 menit, hal yang tidak diinginkan terjadi, sisa space di memori kamera tidak cukup. Astaghfirullah.. Terpaksa saya harus menghentikan rekaman, lagi-lagi penonton kecewa. Sebenarnya hal ini bisa diantisipasi, jika saja saya tidak mengabaikan indikator waktu yang berubah dari warna putih menjadi berwarna merah, yang kemudian baru saya sadari ternyata itu menandakan waktu perekaman yang tinggal sedikit. Jelas saja, karena hitungan waktunya maju, bukan mundur, jadi pikir saya waktu itu tidak akan terjadi masalah apa-apa, ternyata... Kang Harri pun sedikit menegur dengan santai, "gimana nih kang iqbal, persiapannya..", malu, tertampar, karena merasa sudah mengecewakan. Maklum karena memang persiapannya mendadak sekali dan semalam belum sempat memeriksa semuanya.

Saya pun teringat, kenapa tidak pakai memori di kamera yang saya bawa? Ah iya.. Kenapa ngga dari tadi. Akhirnya memori pun ditukar dan beberapa video yang ada didalamnya dihapus untuk menambah space, alhamdulillah tersisa 10 menit lagi, cukup untuk rekaman beberapa kali. Akhirnya testimoni pun berhasil didapat dengan lancar.


**

Studio RASE FM di pagi hari
Suasana Studio RASE FM di Pagi Hari
Kang Saeful Ulum
Kang Harri Firmansyah
Hari ini, saya telah mencoba satu hal baru, ikut siaran bersama Kang Harri Firmansyah di Embun Pagi RASE FM, meskipun belum kebagian peran sebagai narasumber, tapi rasanya ini sungguh sebuah kesempatan yang luar biasa dan jarang sekali terjadi. Semoga suatu saat nanti saya akan kembali siaran di RASE FM tidak lagi sebagai 'tamu tak diundang' tetapi sudah sebagai pembicara, aamiin.


Apa hal baru yang akan kamu lakukan hari ini? :)


**

Syukur tak terkira kepadaMu Ya Allah, terimakasih atas kesempatan yang Engkau berikan padaku hari ini.
Terimakasih sebesar-besarnya kepada Kang Harri yang bersedia menyempatkan waktunya, dan mau direpotin untuk memenuhi permintaan muridmu ini. Juga Kang Ulum yang sudah membantu untuk memfasilitasi pertemuan ini, semoga kelak Kang Ulum bisa seperti Kang Harri.
Terimakasih juga kepada Crew RASE FM: announcer yang merangkap ustad, kang Bobby Muhammad Iqbal (namanya sama), Kang Dodo di operator yang cekatan banget, sama satu lagi yang saya lupa namanya. Semoga ke depannya RASE FM menjadi semakin cerah, dan terus bisa mencerahkan hati para pendengarnya. 

Salman, 30 Januari 2014 


#Hikmah #JurnalSyukur #RASEFM #EmbunPagi #SomethingNew

Melupakan (3) : Seberapa Pantaskah?

  • 0
Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu
Cukup indahkah dirimu untuk s'lalu kunantikan
Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku
Mampukah kita bertahan disaat kita jauh
**
Mungkin kini kau merasa lega, karena telah membuang semua perasaanmu tentangnya, menafikan semua pertanda perasaanku padamu. Tentang surat-surat yang kau temukan di kolong meja, atau cerpen-cerpen yang kutuliskan di surat kabar nasional yang kuyakin kau pun bisa membaca sebagian isinya adalah cerita tentang kita.

Mungkin kini kau sudah bahagia, berhasil move on dari keterpurukan yang sebenarnya kau ciptakan sendiri. Melangkah tanpa beban di kepala, menjalani hari seperti biasa.

Mungkin kini kau sudah mencapai semua impianmu, menjadi Mahasiswa Berprestasi di kampus ternama di Indonesia, berkeliling Indonesia dan berbagi cerita tentang apa yang kau dapatkan sepulang dari program pertukaran mahasiswa. Masa-masa sebagai mahasiswa tak lepas dari segudang prestasi yang juga menyemat di samping namamu.
 Mungkin, ah, mungkin...

Melupakan (2)

  • 0
Mata melihat, hati merasa,
tapi mulut tak kuasa berkata
tangan tak kuasa merangkai kata

Meski dalam satu frasa
Kita tak lagi saling sapa
Apakah itu pertanda
Kata tak lagi jadi suka

Kata tak lagi ada
Hati tak lagi rasa
Jika tiada cinta
  
Ada banyak rasa yang datangkan suara
Tak mengerti bagaimana agar ia bermuara
Menuangkan rasa, melafadzkan cinta

Ya Allah, yang menguasai hatinya, mudahkanlah...

Bukit Awan, 12 Desember 2013

My Dream Series (4): Mancing ikan berhadiah Undangan Lomba ke Korea

  • 0
Mungkin ini terdengar gila, tapi beberapa hari ini aku kembali merajut mimpi seperti sebelum-sebelumnya. Rangkaian dream series pun sepertinya akan berlanjut. (Baca: MyDreamSeries 3)

**
28 Mei 2013
Cerita ini berawal dari sudut kantor tempat aku bekerja, seperti biasa rentetan permintaan desain pun menghantui seperti tidak ada habisnya. Namun hari ini berbeda, karena aku diminta untuk membuat desain contoh produk yang akan dilaunching oleh perusahaan awal bulan depan.

Permintaannya simple, aku diminta membuat contoh desain dari foto-foto hasil sesi pemotretan kami beberapa hari yang lalu, untuk kemudian dimanipulasi sehingga menghasilkan berbagai macam ukuran sesuai dengan pilihan produk yang akan kami tawarkan.

Semalam suntuk mengerjakannya, tanpa sadar aku pun tertidur di atas meja, dan rangkaian mimpi bun dimulai....

Mancing ikan Mujair
Tahukah teman, ada cara yang lebih baik untuk kita mendapatkan ikan selain dengan cara-cara yang biasa dilakukan sekarang, apa itu? Dengan menggunakan telepati dan memanggil si ikan untuk keluar dari kolam dan menghampiri kita. Kok bisa? Bisa, karena namanya juga mimpi, hehe

Oke, sore itu aku berjalan-jalan di sekitar kampus, baru beberapa langkah, aku melihat ada suatu kolam pemancingan kecil, kenapa aku sebut kecil,karena kolamnya sangat kecil bahkan lebih cocok disebut kubangan daripada kolam pemancingan.

Tapi, meskipun kecil dan airnya keruh mirip kubangan, tapi banyak ikannya dan rata-rata ukurannya pun besar,sebesar kucing. WOW. Kulihat kolam itu kini mirip tempat penangkaran buaya, karena sesekali ikan-ikan muncul ke permukaan dan menunjukkan ukurannya yang besar.

Akupun tertarik untuk mencoba memancing ikan-ikan itu, dibekali alat pancingan dari gagang sapu,dan seutas tali raffia *ga keren amat yak, aku pun mengayunkan umpan itu ke dalam kolam.

Percobaan pertama belum berhasil, ikan-ikan itu tidak tertarik dengan umpanku dan mengabaikannya, kemudian aku ganti umpannya dengan ikan kecil dan kembali mengayunkannya.

Kali ini aku mencoba menggantungkannya di atas air dulu, sebelum mencelupkannya,supaya ikan-ikan itu meperhatikan dulu kalau ada umpan, baru setelah kulihat ada ikan yang memperhatikan, aku pun mencelupkannya.

Benar, seperti sudah diduga, ikan itupun menyambar umpan dengan ganasnya, hingga aku hampir terseret ke dalam kolam karena tarikannya yang kuat. Hingga akhirnya, pancingan itu patah dan umpan itu pun terbawa oleh si ikan, lengkap dengan tali rafianya.

Tidak menyerah sampai situ, aku pun berusaha untuk mengambil kembali tali raffia itu dari si ikan, mencoba menjaringnya, tapi tak bisa. Tiba-tiba aku pun berhenti, dan berdiam mencoba men-telepati si ikan, memanggilnya untuk keluar ke daratan.

Benar saja, ajaibnya si ikan tiba-tiba menghampiri dengan cepat, kemudian terdampar di tepi kolam seperti perahu yang berdiam di atas pasir karena air surut.

**

Dapat Panggilan Lomba Komputer Ke korea

Cerita berlanjut ketika aku kembali menjalani aktifitas kuliah, sambil menikmati ikan goreng hasil tangkapan sebelumnya.

Tiba-tiba ada seorang anak dari kelas sebelah berdiri di depan pintu kelas, sambil berteriak memanggil dengan bahasa korea, “Anyyeong.. Anyyeong”

Ada apa? pikirku. – Lagipula ceritanya sedang di Indonesia, dan kalaupun toh ada UKM korea, tapi setahu saya tidak ada pelajaran bahasa korea yang kemudian mengharuskan ia mempraktikkannya langsung seperti itu.

Dengan penasaran aku pun menghampiri si anak itu, dan menannyakan apa maksud kedatangannya, “Mian?” – atau ada apa, dalam bahasa korea. *ya bukan? Ya pokoknya gitulah, hehe

Tapi anehnya, aku seolah sudah mengerti apa yang dimaksud si anak itu,ia bermaksud memanggilku untuk menemui ibu guru. Aku pun mengikutinya.

Kami sampai di sebuah ruangan kelas, sepertinya sedang ada latihan paduan suara karena aku mendengar banyak anak yang sedang menyanyi opera. Ganes -saudara sepupu yang pernah exchange ke Korea- pun menunjukkan daftar siswa yang dipanggil.

Aku pun heran karena tidak ada namaku disana, memang ada nama Iqbal tapi itu bukan aku, mungkin Iqbal yang lain *nama Iqbal kan pasaran. Dan aku berkata padanya, bahwa mungkin temannya salah memanggil orang. Kulihat dia pun berpikir demikian.

Lalu Ibu guru pun menjelaskan bahwa benar yang ada di daftar itu Iqbal yang lain, tapi karena beberapa hari yang lalu, anak itu tewas dibunuh *innalillahi.., maka dipanggillah aku untuk menggantikannya atas usulan dari Ganes.

Padahal belum lama ini, aku menghadiri sebuah pertemuan organisasi, dan di sana aku bertemu dengan salah satu petinggi organisasi, ia berbicara denganku dan berseloroh menyinggung tentang pengalamanku pergi ke korea, ia pun bertanya “Mau pergi ke korea kan ya bulan depan?”
“Tidak pak, itu sudah dulu di bulan juni tahun lalu.”, jawabku.

Dan ternyata, setelah dapat tawaran itu, rencana pergi ke korea bulan depan itu menjadi kenyataan.

Ending:
Waktu di Korea, aku menengar adzan di sebuah mushola, awalnya suara adzan itu mirip suara wanita, tapi ketika ku hampiri mushola itu, ternyata bapak-bapak berusia 40-an.

Mendengar adzan, aku pun memutar arah dan kembali menuruni jalan itu, dari jauh kulihat motor Ganes sudah terparkir di samping mushola. Suara adzan itu masih suara wanita, sampai akhirnya aku memarkir motor tepat di ruangan kecil di samping kiri mushola dan mendapati sang muadzin adalah bapak-bapak berusia 40-an. ?!?!

Sembari memarkir, karena pintu di sisi lain ruangan itu terbuka, aku tanpa sengaja memperhatikan ada rak buku di seberang sana, tepatnya di saming kiri ruangan itu, disana berjajar buku-buku tentang islam, dan yang mencolok adalah beberapa darinya ada buku petunjuk shalat, dan satu buku yang dari covernya menunjukkan “kisah inspiratif bagaimana para pekerja menjalani islam di korea”

Cerita pun berakhir ketika aku terbangun mendengar suara adzan subuh dari masjid di dekat kantor, sekian.

Negeri Angsa Kembar, 28 Mei 2013 – 05.30

MyDream Series (3)

  • 0
30 Nov 2012
Setelah lama serial Mydream tidak muncul, akhirnya pagi ini saya dapat wangsit lagi untuk menuliskan cerita MyDream episode 3. Ngga perlu panjang lebar kali tinggi, langsung aja ya

Entah kenapa sepanjang perjalanan itu yang kebayang adalah produk Samsung, dan ajaibnya seluruh barang-barang yang saya lihat berubah jadi merk samsung, kalu jadi film ini judulnya "Iqbal in SamsungLand" - Bukan promosi ya.

Tibalah saya bersama Pak Gadang di sebuah masjid.Saya masih belum paham, kenapa Pak Gadang yang jadi tokoh dalam cerita ini *Pak Gadang: dosen yang juga mantan Wakil Rektor I Bid.Akademik.

Sebelum parkir motor, saya sedikit menjelaskan kalau masjid itu masjid canggih, semua serba high-tech. dan benar saja, ketika memasuki gerbang, tiba-tiba kami melihat sesosok elang besar turun dari arah kubah ke lantai bawah masjid *kaya bidadari turun dari langit gitu...

**
#Proyek pembangunan SD
Saya pun bertanya kepada bapak pimpinan proyek. Dia orang muda kira-kira berumur 26 tahun, tingginya sedang dan berkacamata. Dengan kemeja krem dan jaket cardigan abu-abu, dia kelihatan makin ganteng *kaya afgan gitu*

"Pak, total berapa biaya pembangunan gedung ini? Milyaran ya pak?"
"Iya, malah kemarin mau nambah lagi, tapi kurang 1,3 Triliun" Kata beliau
"1,3 Triliun??" Cukup besar juga..

Tiba-tiba saya dipanggil teman-teman saya di kelas seberang, diminta bantuan untuk mindahkan papan tulis dari satu kelas ke kelas lainnya. Ketika saya dan seorang teman lainnya mengangkat itu, tiba-tiba ada yang nyeletuk,
"..."

THE END


Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh :||

*Maklum udah lupa cerita lengkapnya, kelamaan sih. Tapi ga papa, yang penting ke psot dulu, biar postingan berikutnya bisa dipost, hehe :D

Negeri 1000 Masjid Tak Berpenghuni

http://fc04.deviantart.net/fs71/i/2013/108/4/d/qatar___abandoned_mosque___01_by_giardqatar-d5z470s.jpg

A: Keren yah, jaman sekarang makin canggih
B: Iya, udah abad 21 gitu looh..
A: Ckckck.. teknologi makin maju, pemikiran orang juga makin maju
B: He euh... Bangga lahir di abad 21
A: Hmm.. Tapi, ada yang bikin aku sedih
B: Kenapa? bukannya kamu suka ngikutin perkembangan teknologi, kamu juga sering mampir ke negara-neraga maju..
A: iya, aku mikir aja, abad 21 ini semuanya makin maju, termasuk masjid
B: Ho, iya dong, biar masjidnya gak ketinggalan jaman..
A: Bukan itu masalahnya..
B: Trus kenapa?
A: Yang maju bukan masjidnya, tapi shafnya...

“Barangsiapa membangun sebuah masjid karena/untuk Allah walau seukuran sarang (kandang) burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di dalam syurga.” (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 6128).

**

Senang ketika banyak masjid baru dibangun dimana-mana
Tapi..
Sedih ketika makin banyak juga bangunan pemikiran "anti masjid" dibangun di mana-mana

Lebih sedih lagi,
kalau niat membangun masjidnya karena ingin dipuji orang..

“Tidaklah kiamat akan tegak sehingga manusia berbangga-banggaan dalam (membangun) masjid-masjid.” (HR. Ahmad, Abu Daud Ibnu Majah dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 7421)

**

Bangun masjid sebaiknya dibarengi juga dengan penambahan jumlah jamaah
Jangan sampai semakin banyak masjid, tapi tiap masjid jamaahnya cuman sebaris bahkan sebetis (alias sorangan keneh). *Pemerataan ceunah*

Bangun masjid pahalanya besar,
Tapi membangun kesadaran meramaikan masjid juga pahalanya besar
Apalagi mbangunin semangat berjamaah yang masih "tidur"

Mall baru, launchingnya gede-gedean. Ngundang artis ibu kota.
Pengunjung makin hari makin banyak
Masjid baru, launchingnya juga gede-gedean, ngundang ustad terkenal.
Makin hari jamaahnya makin maju. *Pengetahuan dan ilmunya?
bukan..
Shafnya... *gening makin dikit >.<*

Rugi ketika kita lebih milih dateng ke "rumah surga dunia" yang sementara,
daripada Rumah Allah yang lebih banyak keutamaannya

Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar.” (HR. At-Thabarani dan al-Hakim. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 3271)

Mall -> Pasar
Jadi?

**

Rumah Allah yang jauh lebih indah.
Mungkin secara kasat mata sederhana dan kumuh,
kecil dan banyak butiran berdebuh.
Tapi dibalik itu, tersimpan istana mewah dengan taman-taman yang tidak pernah kering, aliran sungai yang tidak akan berhenti mengalir...

Bukankah tempat rahasia, istana mewah, rumah antik selalu tersembunyi dibalik pagar kayu sederhana, gua yg gelap dan berlumpur, atau bahkan dibalik bukit yang gersang?

**
“Shalat berjama’ah itu lebih baik 27 kali lipat daripada shalat bersendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar

“Barangsiapa pergi pagi hari ke masjid, atau petang hari, akan Allah sediakan untuknya tempat di syurga setiap kali dia pergi (pagi atau petang hari).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

*Sedikit renungan saat melintasi jalan yang dipinggirnya sedang ada pembangunan masjid
7 November 2012

Belajar Tentang Makna Belajar

  • 0
Source: Mashable.com
Belajar. Apa yang sahabat pikirkan ketika mendengar kata belajar? Pasti kita akan membayangkan duduk di kelas seharian mendengarkan pelajaran, atau ketika membaca buku materi, mengerjakan soal-soal latihan, dan sebagainya.

Jadi, apa sih belajar itu?

Yuk kita simak beberapa pengertian belajar menurut para ahli:
Menurut Winkel,
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Slavin,
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. (wikipedia.org)

Dari beberapa pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa seseorang baru dikatakan belajar kalau terjadi perubahan dalam dirinya, yang lebih baik dari sebelumnya. Termasuk di dalamnya cara berpikir, tingkah laku, cara menyikapi sesuatu, dan sebagainya.

Belajar tidak terbatas hanya pada saat kita hadir di kelas mendengarkan guru, atau mempelajari buku materi sepulang sekolah. Tapi, belajar bisa jadi sangat luas, ketika kita mendapatkan pemahaman baru, menemukan hikmah yang merubah cara pikir kita, dan cara bertindak kita, itu juga belajar namanya. Kita belajar tentang kehidupan dan bagaimana cara menjalaninya dengan baik.

Misalkan, ketika kita belajar di sekolah, seperti biasa kita membaca buku pelajaran setiap hari, tetapi kita tidak juga paham dengan apa yang diajarkan, kita belum disebut belajar. Sementara, ketika suatu saat kita melihat ke langit dan memikirkan tentang bintang-bintang, matahari, dan benda langit lainnya, kemudian kita mendapatkan hikmah tentang penciptaan langit, sebenarnya kita sudah belajar tentang astronomi, tentang siapa yang menciptakan itu semua.

Lain halnya ketika seseorang belajar dalam waktu semalam, atau biasa disebut SKS (sistem Kebut Semalam), dia bisa dengan cepat memahami pelajaran yang akan diujikan besok, padahal sebelumnya sama sekali tidak paham. Bisa jadi, ia disebut sudah belajar, karena ia berubah dari yang tadinya tidak paham akan satu pelajaran, menjadi paham.

Namun, ketika SKS itu dilakukan terus-menerus dan tidak ada perubahan, dalam hal ini ia bisa dibilang belum belajar tentang bagaimana cara belajar yang baik. Karena biasanya SKS dilakukan karena tidak belajar sebelumnya. Nah, kalau tiap ujian SKS terus, ngga ada perubahan, artinya belum belajar dari kesalahan sebelumnya.

Nah, dengan kita belajar dengan baik, dalam arti kita mengalami perubahan dari keadaan sebelumnya -tentu perubahan yang lebih baik-, maka kita akan menjadi orang yang beruntung. Beruntung karena ilmu kita semakin bertambah.

Semangat menjadi insan pembelajar!



Iqbal Arubi
14 Oktober 2013 08.45 WIB

*Tulisan sederhana yang dibuat untuk mengisi halaman pembuka di buletin Karisma yang juga edisi perdana.

Menjahit Luka

  • 0
Modified by Iqbal Arubi. Original Image taken from here

Saat pakaian berlubang, kita bisa dengan mudah mengenali. Tapi lubang di dalam hati? 

Saat pakaian berlubang, akan terlihatlah bekas luka yang kau sembunyikan. Saat hati berlubang, akan terlihat kesedihan yang kau sembunyikan. 

Awalnya lubang itu kecil dan kau tak peduli, lama-kelamaan ia menjadi besar tanpa kau sadari.

** 

Beberapa hari yang lalu, saya pergi untuk menjahit celana saya yang sedikit berlubang, dan juga tas ransel yang resletingnya sudah ‘anjlok’ alias out-of-track. You know out-of-track? itu loh yang disingkat OOT, yang kalau orang ngobrol ga nyambung dengan topik yang lagi dibahas. Eh bukan ya? ya, anggep aja mirip lah... Lanjut, nah gara-gara resleting anjlok itu, sampai-sampai harus di’ganjel’ dengan peniti.

Setiap kali saya pakai, saya harus ekstra sabar untuk menjelaskan kepada orang yang meneriaki saya, kalau itu tas emang rusak. Seringkali juga khawatir sendiri, karena banyak orang yang mengingatkan bahwa saya lupa menutup resleting (resleting tas maksudnyaa), khawatir isinya berhamburan keluar.

Saking seringnya diingatkan begitu, saya sampai tidak bisa membedakan apakah itu tas bener-bener lupa ditutup, atau lagi-lagi karena memang yang dimaksud itu bagian yang resletingnya rusak.

Saya pun mencari tukang jahit terdekat. Coba tanya bibi yang kerja dirumah, katanya suka ada yang nongkrong di masjid komplek, tapi akhir-akhir ini jarang muncul lagi. Oke, cari alternatif lain. Sambil berangkat ke kampus (gegerkalong), sepanjang jalan saya celingukan mencari selembar petunjuk berbahan flexy (bilang aja spanduk, susah amat -_-) yang menandakan di sana terdapat tukang jahit. Hasilnya, NIHIL. Bukan karena tidak ada, tapi tidak kelihatan. Mungkin karena radar tukang jahit saya belum di install, jadinya kurang peka atau saya ngga bakat jadi tukang jahit? #skip.

Saya pun ingat dulu sempat menjahit celana jeans di dekat kampus, lebih tepatnya di pertigaan daerah KPAD-Gegerkalong (yang ngga tahu, makanya main ke Bandung). Di sana harganya cukup murah, cepat dan hasilnya juga lumayan bagus (kok jadi promosi..). Maka, sepulang dari kampus saya pun langsung meluncur kesana.

Sesampainya disana, karena hari menjelang siang dan sarapan tadi pagi sudah menguap dalam perut, demi menghemat pengeluaran, saya pun membeli sepotong roti kecil yang dijual di toko sebelah tukang jahit, lumayan buat mengganjal sampai sore.

Saya pun menyerahkan diri tas dan sepotong celana yang babak belur dihajar gaya gesek, alias jadi saksi bisu si empunya yang habis kecelakaan. Untungnya si petugas ga nanya macam-macam, takut dikira itu hasil nyolong dari masjid sebelah, kan repot urusannya.

Sambil menunggu si mas meriksa gerombolan tas dan celana yang saya bawa, saya pun mengamati petugas lain yang sedang bekerja *NB: petugas=tukang jahit. Salah seorang nampak sibuk mengendali kuda supaya baik jalannya memeriksa jahitan jeans ditemani lampu yang cukup terang (mirip forensik yang menyelidiki sidik jari di TKP *efek kebanyakan nonton CSI), seorang lagi dengan santainya membaringkan jasad celana jeans yang sudah diautopsi. Cukup, bahasanya makin ngawur.

Satu hal menarik yang saya amati, yaitu saat si mas menjahit, saya perhatikan saat kain dibentangkan, benang dipanjangkan, dan jarum jahit berderak seperti senapan peluru, yang dalam satu detiknya tak terhitung berapa kali jarum itu turun-naik menusuk lembaran kain yang tak berdaya itu, kasihan.

Sejenak saya meresapi kejadian itu, tiba-tiba terbayang gimana seandainya saya yang jadi kain itu, pasti sakit rasanya, seketika saya pun merasa merinding membayangkannya. Saya kemudian berfikir lagi, lubang, jahit, jarum, seperti semacam rangkaian hikmah yang tak terduga.

Lamunan saya pun terhenti saat si mas menyodorkan lembar hasil diagnosis beserta tagihan yang harus saya bayar, untungnya disana pembayaran bisa dilakukan setelah barang sudah jadi, maka saya pun pulang hanya dengan membawa nota pesanan itu, dan tahukah sahabat, notanya berwarna biru *ga penting.

Sejenak, adegan itu terhenti seperti menekan tombol pause.

**

Popular posts