Mungkin ini terdengar gila, tapi beberapa hari ini aku kembali merajut mimpi seperti sebelum-sebelumnya. Rangkaian dream series pun sepertinya akan berlanjut. (Baca: MyDreamSeries 3)
**
28 Mei 2013
Cerita ini berawal dari sudut kantor tempat aku bekerja, seperti biasa rentetan permintaan desain pun menghantui seperti tidak ada habisnya. Namun hari ini berbeda, karena aku diminta untuk membuat desain contoh produk yang akan dilaunching oleh perusahaan awal bulan depan.
Permintaannya simple, aku diminta membuat contoh desain dari foto-foto hasil sesi pemotretan kami beberapa hari yang lalu, untuk kemudian dimanipulasi sehingga menghasilkan berbagai macam ukuran sesuai dengan pilihan produk yang akan kami tawarkan.
28 Mei 2013
Cerita ini berawal dari sudut kantor tempat aku bekerja, seperti biasa rentetan permintaan desain pun menghantui seperti tidak ada habisnya. Namun hari ini berbeda, karena aku diminta untuk membuat desain contoh produk yang akan dilaunching oleh perusahaan awal bulan depan.
Permintaannya simple, aku diminta membuat contoh desain dari foto-foto hasil sesi pemotretan kami beberapa hari yang lalu, untuk kemudian dimanipulasi sehingga menghasilkan berbagai macam ukuran sesuai dengan pilihan produk yang akan kami tawarkan.
Semalam suntuk mengerjakannya, tanpa sadar aku pun tertidur di atas meja, dan rangkaian mimpi bun dimulai....
Mancing ikan Mujair
Tahukah teman, ada cara yang
lebih baik untuk kita mendapatkan ikan selain dengan cara-cara yang biasa
dilakukan sekarang, apa itu? Dengan menggunakan telepati dan memanggil si ikan
untuk keluar dari kolam dan menghampiri kita. Kok bisa? Bisa, karena namanya
juga mimpi, hehe
Oke, sore itu aku berjalan-jalan
di sekitar kampus, baru beberapa langkah, aku melihat ada suatu kolam
pemancingan kecil, kenapa aku sebut kecil,karena kolamnya sangat kecil bahkan
lebih cocok disebut kubangan daripada kolam pemancingan.
Tapi, meskipun kecil dan airnya
keruh mirip kubangan, tapi banyak ikannya dan rata-rata ukurannya pun
besar,sebesar kucing. WOW. Kulihat kolam itu kini mirip tempat penangkaran
buaya, karena sesekali ikan-ikan muncul ke permukaan dan menunjukkan ukurannya
yang besar.
Akupun tertarik untuk mencoba
memancing ikan-ikan itu, dibekali alat pancingan dari gagang sapu,dan seutas
tali raffia *ga keren amat yak, aku pun mengayunkan umpan itu ke dalam kolam.
Percobaan pertama belum berhasil, ikan-ikan itu tidak tertarik dengan umpanku dan mengabaikannya, kemudian aku ganti umpannya dengan ikan kecil dan kembali mengayunkannya.
Kali ini aku mencoba menggantungkannya di atas air dulu, sebelum mencelupkannya,supaya ikan-ikan itu meperhatikan dulu kalau ada umpan, baru setelah kulihat ada ikan yang memperhatikan, aku pun mencelupkannya.
Benar, seperti sudah diduga, ikan itupun menyambar umpan dengan ganasnya, hingga aku hampir terseret ke dalam kolam karena tarikannya yang kuat. Hingga akhirnya, pancingan itu patah dan umpan itu pun terbawa oleh si ikan, lengkap dengan tali rafianya.
Percobaan pertama belum berhasil, ikan-ikan itu tidak tertarik dengan umpanku dan mengabaikannya, kemudian aku ganti umpannya dengan ikan kecil dan kembali mengayunkannya.
Kali ini aku mencoba menggantungkannya di atas air dulu, sebelum mencelupkannya,supaya ikan-ikan itu meperhatikan dulu kalau ada umpan, baru setelah kulihat ada ikan yang memperhatikan, aku pun mencelupkannya.
Benar, seperti sudah diduga, ikan itupun menyambar umpan dengan ganasnya, hingga aku hampir terseret ke dalam kolam karena tarikannya yang kuat. Hingga akhirnya, pancingan itu patah dan umpan itu pun terbawa oleh si ikan, lengkap dengan tali rafianya.
Tidak menyerah sampai situ, aku
pun berusaha untuk mengambil kembali tali raffia itu dari si ikan, mencoba
menjaringnya, tapi tak bisa. Tiba-tiba aku pun berhenti, dan berdiam mencoba
men-telepati si ikan, memanggilnya untuk keluar ke daratan.
Benar saja, ajaibnya si ikan tiba-tiba menghampiri dengan cepat, kemudian terdampar di tepi kolam seperti perahu yang berdiam di atas pasir karena air surut.
Benar saja, ajaibnya si ikan tiba-tiba menghampiri dengan cepat, kemudian terdampar di tepi kolam seperti perahu yang berdiam di atas pasir karena air surut.
**
Dapat Panggilan Lomba Komputer Ke korea
Cerita berlanjut ketika aku kembali menjalani aktifitas kuliah, sambil menikmati ikan goreng hasil tangkapan sebelumnya.
Tiba-tiba ada seorang anak dari
kelas sebelah berdiri di depan pintu kelas, sambil berteriak memanggil dengan
bahasa korea, “Anyyeong.. Anyyeong”
Ada apa? pikirku. – Lagipula ceritanya sedang di Indonesia, dan kalaupun toh ada UKM korea, tapi setahu saya tidak ada pelajaran bahasa korea yang kemudian mengharuskan ia mempraktikkannya langsung seperti itu.
Dengan penasaran aku pun
menghampiri si anak itu, dan menannyakan apa maksud kedatangannya, “Mian?” –
atau ada apa, dalam bahasa korea. *ya bukan? Ya pokoknya gitulah, hehe
Tapi anehnya, aku seolah sudah
mengerti apa yang dimaksud si anak itu,ia bermaksud memanggilku untuk menemui
ibu guru. Aku pun mengikutinya.
Kami sampai di sebuah ruangan
kelas, sepertinya sedang ada latihan paduan suara karena aku mendengar banyak
anak yang sedang menyanyi opera. Ganes -saudara sepupu yang pernah exchange ke Korea- pun menunjukkan daftar
siswa yang dipanggil.
Aku pun heran karena tidak ada
namaku disana, memang ada nama Iqbal tapi itu bukan aku, mungkin Iqbal yang
lain *nama Iqbal kan pasaran. Dan aku berkata padanya, bahwa mungkin temannya salah memanggil orang.
Kulihat dia pun berpikir demikian.
Lalu Ibu guru pun menjelaskan
bahwa benar yang ada di daftar itu Iqbal yang lain, tapi karena beberapa hari
yang lalu, anak itu tewas dibunuh *innalillahi.., maka dipanggillah aku untuk menggantikannya
atas usulan dari Ganes.
Padahal belum lama ini, aku
menghadiri sebuah pertemuan organisasi, dan di sana aku bertemu dengan salah
satu petinggi organisasi, ia berbicara denganku dan berseloroh menyinggung
tentang pengalamanku pergi ke korea, ia pun bertanya “Mau pergi ke korea kan ya
bulan depan?”
“Tidak pak, itu sudah dulu di
bulan juni tahun lalu.”, jawabku.
Dan ternyata, setelah dapat tawaran itu, rencana pergi ke korea bulan depan itu menjadi kenyataan.
Ending:
Waktu di Korea, aku menengar adzan di sebuah mushola, awalnya suara adzan itu mirip suara wanita, tapi ketika ku hampiri mushola itu, ternyata bapak-bapak berusia 40-an.
Waktu di Korea, aku menengar adzan di sebuah mushola, awalnya suara adzan itu mirip suara wanita, tapi ketika ku hampiri mushola itu, ternyata bapak-bapak berusia 40-an.
Mendengar adzan, aku pun memutar
arah dan kembali menuruni jalan itu, dari jauh kulihat motor Ganes sudah
terparkir di samping mushola. Suara adzan itu masih suara wanita, sampai
akhirnya aku memarkir motor tepat di ruangan kecil di samping kiri mushola dan
mendapati sang muadzin adalah bapak-bapak berusia 40-an. ?!?!
Sembari memarkir, karena pintu di
sisi lain ruangan itu terbuka, aku tanpa sengaja memperhatikan ada rak buku di
seberang sana, tepatnya di saming kiri ruangan itu, disana berjajar buku-buku
tentang islam, dan yang mencolok adalah beberapa darinya ada buku petunjuk
shalat, dan satu buku yang dari covernya menunjukkan “kisah inspiratif
bagaimana para pekerja menjalani islam di korea”
Cerita pun berakhir ketika aku
terbangun mendengar suara adzan subuh dari masjid di dekat kantor, sekian.
Negeri Angsa Kembar, 28 Mei 2013 – 05.30
No comments:
Post a Comment