Padamu Kulihat Cahaya

  • 0
Aku, barangkali bukan orang yang sama sekali engkau harapkan. Bukan malaikat yang tutur katanya lembut mempesona, bukan pangeran yang gagah dan selalu sedia pedang di tangan. Bukan, sama sekali bukan.

Celoteh Pagi #3: This Traffic Is Killing Me

  • 0
"Membunuh satu nyawa sama dengan membunuh seluruh manusia"
Kalimat ini menurut saya ada benarnya, paling tidak dari dua sebab: Pertama, ketika kita membunuh satu orang, artinya kita memutus kesempatan sebuah generasi untuk berkembang.

Celoteh Pagi #2 : Ibu

  • 1
image
Bagiku engkau adalah cinta, karena cinta harus memilih.
Dan kau memilih untuk menjadikanku ada
Namun sayangnya aku tak bisa membalasnya.
Aku tak bisa memilih agar kau terus ada, meskipun aku juga cinta

Tentang Hadirmu

  • 0

Wordpress atau Blogger?
Dulu, cukup banyak yang bertanya pada saya soal ini, entah karena memang tidak tahu perbedaan keduanya atau sedang meminta pendapat untuk memilih salah satu yang lebih baik diantara keduanya. Ada yang bahkan saking bingungnya, akhirnya bikin dua-duanya, atau tiga, ditambah dengan Tumblr.

Well, saya tidak akan membahas panjang lebar tentang perbedaan masing-masing dan apa saja keunggulan serta kekurangannya, saya cuman mau berbagi sedikit cerita kenapa saya memutuskan untuk membuat blog saya dalam versi Wordpress.

Bukan serta-merta memindahkah sih, meskipun isinya memang sama persis dengan yang ada di Blogger. Karena meski begitu, untuk saat ini yang Blogger masih akan terus saya update.

Saya pun kadang bingung menilai antara keduanya. Karena memang secara garis besar keduanya sama saja, sama-sama bisa untuk ngeblog. Tapi, yang namanya jualan, apalagi di zaman persaingan bebas seperti sekarang, pasti ada saja bedanya. Setiap produk pastilah punya keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Bahkan untuk hal sepele seperti pulpen pun banyak macemnya, apalagi urusan ngeblog yang bisa merevolusi dunia <em>*iya gitu?</em>

Seringkali, untuk penanya yang 'gaptek' alias sama sekali belum kenal apa itu blog, apa itu website, bahkan megang mouse aja gemeteran <em>*ya kali..</em> saya berikan dia jawaban yang demokratis <em>*atau dilematis? :p*</em> yang mungkin tidak sepenuhnya cenderung ke salah satu. Karena, menurut saya semuanya sama, sama-sama fasilitas untuk membantu mencurahkan ide ke dalam tulisan. Semua kembali ke masing-masing, lebih suka yang mana.

Saya pun memberikan pandangan telebih dahulu sebelum akhirnya membantunya untuk memutuskan memakai yang mana. Saya pun menanyakan latar belakangnya ngeblog, apakah untuk koleksi tulisan pribadi, untuk jadi diary, atau bahkan nantinya jadi semacam portofolio tempat majang karya-karyanya yang beraneka rupa.

Beda cerita kalau yang bertanya adalah seorang yang cukup 'melek IT', aktif menulis, sering update di media sosial. Saya menjelaskan lebih detail, mulai dari fasilitas-fasilitas apa yang dipunya, seberapa bisa dimodifikasi, sampai nanti gimana bagian adminnya (dapurnya). Kalau kata pendapat awam saya, Blogger ngga se<em>powerful</em> Wordpress, baik dalam hal fasilitas dan juga publisitasnya. Meskipun, Blogger punya kelebihan sendiri karena ia produk dari Google yang notabene perusahaan "semua ada" yang juga browser nomer wahid di dunia.

Entahlah, mungkin karena pengaruh branding ya, atau pengaruh sayanya yang sok tahu sampai bisa menyimpulkan begitu saja :p

Beberapa dari mereka pun akhirnya betah ngeblog dan cukup produktif, sampai sekarang blognya masih aktif dan saya pun jadi langganan tulisannya. Tapi ada juga yang jarang di update, mungkin karena sibuk ya, hehe *sama*.

Belakangan, pertanyaan-pertanyaan macam "Bagusan mana sih, Blogger apa Wordrpess?" tidak lagi muncul. Saya yakin salah satunya bisa jadi karena memang akses informasi lebih mudah, orang bisa bertanya langsung via Google, forum-forum, apalagi tutorialnya pun bertebaran di Youtube. Sehingga tidak perlu bingung lagi. Atau mereka lebih memilih facebook yang bisa bikin notes dengan mudah tanpa perlu utak-atik settingan yang ribet. Tinggal tulis, post, dan sebar...

Namun, pada suatu hari, pertanyaan itu kembali muncul. Namun kali ini bukan dari orang lain, tapi dari diri sendiri. Ya, saya terkadang iri juga lihat teman-teman yang ngeblog di wordpress, kok kelihatannya lebih mudah dikunjungi, tampilannya keren-keren lagi. *curhat. Jadilah terpikir untuk mencoba pakai wordpress, karena saya juga beberapa kali sempat ngurus website yang pakai wordpress, lumayan hebat ternyata...

Sebenarnya, mau blogger atau wordpress sih sama saja. Bukan soal layanannya, tapi kemauan dan kesungguhan untuk menulisnya. Mau pakai layanan blogging secanggih apapun, kalau jarang nulisnya dan ngga niat ngurus, ya sama saja ujungnya.. *ngaca*

Biarlah sekarang dua-dua nya masih jalan, kita lihat mana yang lebih nyaman dan progress kunjungannya lebih banyak, itu yang akan lebih diperhatikan. Atau bisa jadi dua-duanya tetap aktif, cuman beda pembagian kontennya saja. Seperti blog yang dulu ada dua *sama-sama blogger, tapi karena lupa passwordnya akhirnya ga bisa login dan mau ngga mau bikin lagi deh...

Oh ya, satu hal yang mendorong saya untuk memilih wordpress adalah karena wordpress menyediakan fasilitas Pages (halaman) yang lebih baik. Artinya, blog bisa dibagi-bagi kedalam beberapa tab, atau sederhananya bagian-bagian tersendiri sesuai kategori. Hal ini yang tidak bisa dilakukan di blogger.

Mengingat semakin banyaknya tulisan yang ada di blog, dan semakin berkembangnya topik yang dibahas, saya ingin mengelompokkannya menjadi beberapa bagian tersendiri dalam halaman yang berbeda. Misalnya Puisi, cerpen, novel, bahkan halaman khusus untuk catatan perjalanan dan foto-foto. Tentunya kurang nyaman kalau dibuat satu halaman saja, dan harus mencari kebawah (scroll-down). Lebih mudah kalau dipisah kedalam tab-tab sendiri kan? :)

Itulah sedikit cerita tentang lahirnya blog Iqbalarubi.wordpress.com, alias Sajak Pena 2. Semoga bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya. Jadi blog yang shalih dan membanggakan penulisnya...

Selamat datang, Sajak Pena 2!
Anggap saja kamu adalah adiknya Sajak Pena 1 (Blogger). Kalian yang akur ya :D

Rumah, 8 Agustus 2014

Celoteh Pagi #1

  • 0

Telah berlalu sekian musim, hingga tak terhitung lagi berapa banyak daun-daun jatuh berguguran.

Seperti lembaran puisi yang tumbuh dan melekat di jiwa, yang akhirnya pun jatuh berserakan.

Telah berlalu sekian musim, hingga tak kuingat lagi kapan bunga-bunga itu bermekaran dan membuahkan kebahagiaan

Kamu, dan senyummu yang memerah pagi itu. Memaksa kelopak yang layu untuk bangun dan menyapamu

Telah berlalu sekian bulan, sejak  bunga-bunga itu bertebaran dan menumbuhkan harapan akan perjumpaan

Telah berlaku sekian masa, sejak sajak-sajak itu tertuliskan. Hingga ku tak tahu lagi, mana sajak dan mana yang bukan.
**
Kita, seperti sepasang buah yang dilahirkan dari pohon yang sama. Menanti hari demi hari hingga matang dan siap dipertemukan.

Mungkin kita sejatinya dilahirkan dari pohon yang sama, hanya saja tumbuh di cabang yang berbeda. Lalu kenapa kita tak disandingkan saja, dengan ikatan yang sama kuatnya?

Tapi, bukankah dahan itu akan patah jika dipaksa? Bukankah bila digenggam terlalu erat, daun-daun yang melindungi itu akan runtuh dan binasa?

Tak malukah kita, bila ternyata apa yang kita tumbuhkan tak ubahnya pohon yang gugur daunnya. Kering dan tak berwibawa, hilang nilai kehormatannya.

Kamu, tak terhitung lagi berapa kali terjatuh dan 'gugur' dalam berjilid kisah pertempuran. Entah sejauh apa kaki kecilmu itu akan kuat berjalan

Anak Tangga Terakhir, 7 Agustus 2014

Sekotak Inspirasi

  • 0
Ada dua macam energi yang mengisi alam semesta, positif dan negatif. Energi positif menghadirkan kebaikan, kebahagiaan, dan hal-hal baik lainnya. Sedang negatif, menghasilkan keburukan, kegelisahan, dsb...

"Dasar, Tukang Becak Bodoh!" - Sesak Karena Keterdesakan

  • 0


Kemarin, saat perjalanan menuju Gresik dalam rangka mudik, saya menemukan sebuah kejadian menarik, ada sebuah becak yang berusaha menyalip Bis yang saya tumpangi. Ada kejadian tak terduga...

Kenapa harus memilih?

  • 0
Berkaca dari fenomena pilpres kali ini, muncul sebuah pertanyaan: "Kenapa sih harus ribut milih 1 atau 2, kan dua-duanya sama-sama pingin memajukan bangsa indonesia? Kenapa ngga kerjasama aja sih?"

Berdoalah, Maka Akan Aku Kabulkan

  • 0
Ilustrasi Kajian Ust.Yusuf Mansur
Kurang lebih satu bulan yang lalu, saya menghadiri kajian rutin PPPA bersama Ust. Yusuf Mansur di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Menanam Benih

  • 0
Seorang kakek terlihat sedang asyik merawat pohon kurma di depan rumahnya. Pohon itu belumlah besar, kira-kira hanya setinggi anak kelas 3 SD.

Mereka Tak Pernah Salah Memilih

  • 0
Komet, bulan, air, bintang, mereka semua tak pernah salah memilih.

Komet tak pernah salah memilih lintasannya, ia berkelana sesuai garis edar yg ditentukan untuknya
Atom tak pernah salah memilih tingkat energi, dimana saja ia seharusnya berada
Hidrogen tak pernah salah memilih temperatur, yang menjadikannya helium dan kita dapati menyala pada setiap bintang di alam semesta
Elektron tak pernah salah memilih arah, yang menjadikan lampu berpijar dan menerangi dunia
Bulan tak pernah salah memilih rupa, ia tahu kapan harus sabit maupun purnama
Air tak pernah salah memilih bentuk, ia tahu kapan harus memadat, menguap, dan mencair
Allah tak pernah salah mencipta, ia tunjuki setiap makhluk apa yang harus dilakukannya, dengan sempurna. 

*Inspirasi dari khutbah Jumat di masjid dekat rumah
Cimindi, 13 Juni 2014

Toples Monyet


Orang yang kurang tafakur akan menangis karena derita berkepanjangan, tapi orang yang banyak tafakur akan menangis karena rasa syukur - Aa Gym

Setan Mungkin Tertawa


Setan mungkin tertawa, saat kau mengeluh dengan mudahnya
Menyalahkan segala sesuatunya, dan menyerah begitu saja

Tausiyah Cinta

  • 0

Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang
Yang entah siapa dan dimana saat ini

Untukmu yang jauh disana
Terkadang mata ini iri kepada hati
Karena kau ada dihatiku
Namun tidak tampak dimataku

Aku tidak memiliki alasan pasti
Mengapa sampai saat ini masih ingin menunggumu
Meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan

Hati ini meyakini bahwa kau ada
Meski entah dibelahan bumi mana
Yang aku tahu
Kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu
Disini disisiku

Maka saat hatiku telah mengenal fitrahnya
Aku akan berusaha mencintaimu dengan cara yang yang dicintai Nya
Sekalipun kita belum pernah bertemu

Mungkin saat kini kita tengah melihat langit yang sama
Tersenyum menatap rembulan yang sama
Disanalah tatapanmu dan tatapanku bertemu

#TausiyahCinta - Hal. 94

*Biar lebih menghayati, bisa disimak video musikalisasi puisinya disini:
-Tausiyah Cinta (Versi Ikhwan)
-Tausiyah Cinta (Meyda Sefira)

Tentang Chemistry, Dari Hidung Turun ke Hati

Rasa ketertarikan tidak selalu disebabkan karena faktor fisik dan sosial, karena dia ganteng/cantik atau sifatnya yang baik. Tapi juga melibatkan mekanisme kimia, melalui feromon. Itulah kenapa ia disebut chemistry. -Iqbal Arubi- 
Mungkin kita sering mendengar kata 'chemistry', terutama ketika membahas soal hubungan antara dua insan yang berlawanan jenis, pria dan wanita. Seringkali kita temukan peristiwa dimana seseorang merasa cocok atau tidak dengan pasangannya, dengan menghubungkannya dengan istilah 'chemistry'.

Kalau cocok, orang akan mengatakan ada 'chemistry' diantara mereka. Kalau tidak cocok, artinya kita tidak punya chemistry dan hubungan kita berakhir sampai sini.. hehe. Tapi, apa sih 'chemistry' itu sendiri?

Kumpulan Kutipan Ngaco Pilpres 2014

  • 0
Jangan salahkan dia jika cintamu bertepuk sebelah tangan, salahkan moderator karena belum ngasih ijin untuk bertepuk tangan #QuotePilstres
Jangan tanyakan nilai ujian pada rumput yang bergoyang, tapi tanyakanlah hasil penilaian pada atasan #QuotePilstres
Jangan paksa dia untuk memutuskan jadi/tidak, tapi panggil programmer niscaya jadi dalam 2 minggu. #QuotePilstres
Jangan mau terima suap meskipun itu uang kita sendiri, karena masih banyak nasi bungkus yang belum dibagi #QuotePilstres
Janganlah bermain anggaran untuk politik, lebih baik berpolitiklah dengan anggaran #QuotePilstres
Jangan terlalu berharap bunga-bunga untuk bermekaran, karena ketika sudah mekar suatu saat akan diminta kembali #QuotePilstres
Sepandai-pandai tupai meloncat, akhirnya jatuh juga. Sepandai-pandai macan berdebat, akhirnya gugup juga #QuotePilstres
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, anak buah jatuh juga tak jauh dari "pohon"nya #QuotePilstres

*Sedikit memberi warna di timeline, hehe. Daripada black campaign, mending fun campaign :)

Bandung, 13 Juni 2014

Menjadi Insan Mulia di Tengah Kesibukan (1): Ust Fauzil Adhim

  • 0
Tausiah Ust. Fauzil Adhim dalam Mabit yang diselenggarakan oleh DKM an-Nuur Biofarma Bandung dengan Tema "Menjadi Insan Mulia di Tengah Kesibukan", pada tanggal 26-27 Mei 2014 (sebagian tidak sempat terekam karena keterlambatan saya, harap maklum). Download rekamannya disini
Berapa banyak orang yang menggelengkan kepala ketika mengucap laailahaillallah, tapi hatinya tidak meniadakan ilah selain Allah. Berapa banyak yang mengucap subhanallah, menyucikan Allah dari segala persangkaan, tapi disaat yang sama mempertanyakan keadilan Allah.
Di zaman fitnah nanti, banyak orang yang Ibadahnya saja untuk dunia. Kalau para salafus shalih kerjanya saja untuk akhirat, maka di zaman fitnah, akan banyak orang yang ibadahnya saja bahkan untuk dunia.

Menemukan Diri(1):

  • 0
Pernah merasa diri yang sekarang bukanlah dirimu yang sebenarnya?
Ketika bangun pagi dan bercermin di depan kaca, tidak tahu siapa sebenarnya yang ada dihadapan kita? Ibarat anak ayam yang kehilangan induknya, bingung kita ada dimana dan mau kemana.

Inspirasi Dari Selembar Daun

  • 0
Apa yg kau lihat dari selembar daun?
Warnanya kah
besar kecilnya
atau basah keringnya?
Bagiku, daun yang jatuh hari ini adalah bagian dari #Allahsign, tanda-tanda kekuasaan dariNya. Dan dibalik itu, ternyata ada sesuatu yg bisa kita ambil hikmahnya.

Angkatlah selembar daun ke udara, dan lihatlah pola unik yang nampak darinya, maka kau akan menemukan sebuah pola unik berbentuk akar yang bercabang-cabang dengan sebuah garis yang lebih tebal di tengahnya. Itulah pola semesta.

Nunda Nikah vs Nunda Buang Air

  • Sering banget kalau mau wudhu, baru liat air udah kepingin Buang Air. Selalu terpaksa milih: Ditunda, apa disegerakan? #TundaOrSegera
  • kalau ditunda, bisa berapa lama tuh nahan? kalau disegerakan, khawatir shalatnya ketinggalan. Galau deh... #TundaOrSegera
  • lebih bagus pasti disegerakan dan shalat ngga ketinggalan. Betul apa betul banget? :D #TundaOrSegera
  • kalu ditunda.. hmm, bisa sih ditunda. Tapi apa nanti ngga kepikiran tuh waktu shalat? Pasti kerasa ngga nyaman :| #TundaOrSegera
  • jadi, gimana baiknya? ditunda apa disegerakan? hehe, silahkan direnungkan #TundaOrSegera

Serba-serbi Nikah Berdasarkan BAB

*Inspirasi dari Toilet (Lagi)
Lanjutan dari cerita #TundaOrSegera, hanya ini lebih kepada niatan untuk menikah. Semoga Allah membimbing kita agar senantiasa meluruskan niat untuk menikah dan juga terjaga dalam menjalaninya 


1. Tipe 'Mapan'
Nunggu suasananya pas, baru menunaikan hajat. Air harus penuh, dudukan kloset harus hangat, sabun ada, pokoknya harus pewe.

Nunggu mapan dulu, punya rumah dulu, mobil ada dulu, semua harus ada dulu baru nikah.

2. Tipe Buang Angin
Biasanya karena penasaran perut mules beneran mau tuntaskan hajat, atau sekedar angin gelebug.
Nikahnya cuman buat menjawab rasa penasaran, beneran bikin bahagia atau malah nambah derita?
Akhirnya kehidupan pernikahannya seperti angin kentut yang kosong dan tak bermakna, bahkan terkadang bikin ngga nyaman orang disekitarnya.

Di Antara Miliaran Manusia, Kaulah Orangnya

  • 0
Sekedar ilustrasi. kalau semilyar orang, ngga cukup fotonya :D
"Kita tidak pernah tahu orang mana yang kemudian didesain Allah untuk bersama dengan kita membangun kehidupan kita. Dari miliaran manusia, kita tidak pernah tahu siapa.

Sama seperti halnya kita tidak pernah tahu doa-doa mana yang oleh Allah dipandang pantas untuk dikabulkan, dari jutaan bahkan miliaran doa yang kita munajatkan.

Aku dan Mimpi: Sajak Pena

  • 0
Lagi nyari nama baru untuk blog khusus catatan pribadi dan tulisan inspiratif, selain sajak dan puisi. Nemu beberapa blog yang tadinya mau saya pakai alamatnya, eh ternyata udah kepake duluan *hiks

Dan, ternyata ada juga yang namanya mirip: Sajak Pena.

Entah siapa yang lebih dulu, karena ngga ada sertifikatnya. Tapi karena sudah ada, ngga papa saya ngalah deh cari nama lain yang beda :D



Aku dan Mimpi: Sajak Pena: detik dalam menit bergulir menunjuk waktu berangsur semi tertanda masa jejak pena melangkah menapaki tangga-tangga abjad dalam kata ...



Bagian yang paling saya suka:

bergantung pada petualangan
petualangan yang cukup aneh bagi kalian
namun ku menikmatinya
meski hanya petualangan pena

Pesan Langit (3)

  • 0
Gambar: godets9photo.wordpress.com
Langit, ijinkan aku menangis malam ini, karena terharu dengan betapa luar biasanya dirimu, dari awalnya segumpal debu, kemudian bertransformasi, meninggalkan sisi kelabu menuju lapisan baru.
Langit, malam ini aku kembali menangis, bukan karena kepergianmu, meskipun ku menatap kearahmu yang kini semakin gelap tenggelam dalam pelukan senja di ujung pandangku.
Aku menangis, bukan karena merindukan kerlip bintang, atau tersiksa karena terbakar terik matahari. Tapi aku menangis, melihat dirimu yang tinggi, sementara aku hanya berdiri di sini.
Aku menangis, menyadari betapa bersyukurnya aku masih bisa diberi kesempatan untuk menatapmu setiap hari, meski kini diriku tak lagi bebas seperti dulu
#PesanLangit

Pesan Langit (2)

  • 0

Dear langit, awalnya ku tak mengerti, mengapa setiap ku berharap hujan turun ke bumi, tak satupun awan gelapmu menghampiri... #PesanLangit
sedang bila ku telah pergi sendiri, hujan badai dengan derasnya datang membanjiri #PesanLangit
Tapi kini ku bisa pahami, betapa dalamnya cintamu pada Ilahi dan tingginya budi pekerti #PesanLangit
kau tak ingin membuatku lupa pada Sang Ilahi, penciptaku dan juga kau sendiri. Bahwa segala harap hanyalah milikNya sejati #PesanLangit
dan kau pun mengerti, takkan biarkan hujan membasahi, selama belum ada atap yg menaungi dan mengalirkan butiran suci di jalan yg diridhai #PesanLangit
dan bahwa hujan pertanda rahmat jg kasih sayang ilahi. Sedang badai hadir menguji, demi membersihkan noda yg mengotori hati #PesanLangit

Rumah Kedua, 6 April 2014 - 23:15 WBS
@iqbalarubi

#AprilMove #SajakPena

Pesan Langit (1)

  • 0

Hujan menjadi tanda kita saling mencinta, senantiasa memberi dan menerima meskipun dengan cara berbeda #PesanLangit
Dalam diammu pun tersimpan sejuta cinta, yang tak mudah diungkapkan kata. Tersimpan rapi berupa pelangi yg indah dan menawan #PesanLangit
Simpanlah pelangi itu untuk seseorang yg benar2 pantas kau rindukan. Yang dengannya Bumi jadi semakin indah dan berkah dijelajah #PesanLangit
Bukankah pelangi sejatinya muncul setelah hujan itu reda? Saat matahari menjadi saksi, Tuhan merestui Bumi dan Langit untuk berjumpa #PesanLangit
Dear langit, terimakasih telah mengajarkanku untuk bersabar dikala hujan melanda, dan bersyukur saat pelangi menyapa #PesanLangit
Dear hujan, terimakasih atas butiran-butiran rindu dan doa dari langit yang kau kirimkan. Maafkan bila tak kunjung terbalaskan #PesanLangit

Permadani Kayu, 5 April 2014 18.30 WBS
@iqbalarubi

#AprilMove #SajakPena

*Late post, harusnya tanggal 6 April :D

Hujan Rindu

  • 0

Langit, apakah kau sedang bersedih?
Sebab kicau burung pun tak lagi terdengar olehku.
Atau karena letihmu, ia terdiam membisu?
Langit, apakah kau sedang bahagia?
Sebab biru wajahmu memancarkan harapan baru.
Semenjak kelabu tak lagi menghampirimu.
Kala awan telah berarak kelabu,
dan langit pun tak lagi biru.
Maka sedihmu kan juga milikku.
Namun jika biru ada padamu,sedang langit dihantui kelabu,selama itu pula hujan kan terus menunggu.

Karena diantara awan kelabu,dan hujan yang setia menunggu,ada butiran doa yang kutitipkan untukmu

Bilakah hujan tak sempat tanyakan padamu'rindukah aku padanya'?Pandangi ia sekilas, sebelum ia jatuh dan terhempas
Dalam hening langitpun berbisik:'hujan, sampaikan salamkupada laut Hindiaombak venesiadan bunga berkelopak dua'
@iqbalarubi
Kompilasi #HujanRindu

Bandung,
Malam ke 27 dalam Perjalanan

Tuhan Maha Pelukis

  • 0
Sungguh dunia ini sempit
dengan berbagai kenyatan yang rumit
Tapi Tuhan tidaklah pelit
Dia menjelaskan yang tadinya sulit
dan mempertemukan meski sekuat tenaga berkelit
Satu persatu harapan masa depan kita
saling beririsan dalam lingkaran yang sama
Menyatukan kepingan kanvas impian
dalam bingkai kenyataan mengejutkan

-Iqbal Arubi-
Kanvas Biru, 17 Maret 2014

**
Tuhanlah yang Maha Pelukis
Gambarkan kisah romantis
Menyatukan kepingan kanvas impian kita
dalam bingkai kenyataan mengejutkan

-Tuhan Maha Romantis, versi saya :p
*Disclaimer: Tidak untuk kepentingan komersial

Memang Benar Cinta

Bila memang benar ia adalah cinta, bantulah ia untuk bangun dari kejatuhannya #MemangCinta
Bila memang benar ia adalah cinta, janganlah jatuh kecuali kau siap untuk membangunnya bersama #MemangCinta
Bila memang benar ia adalah cinta, jangan biarkan ia ternoda, oleh apapun yang mengatasnamakan dirinya #MemangCinta
Bila memang benar ia adalah cinta, jagalah ia, muliakan ia seperti engkau telah dijaga dan dimuliakan olehnya #MemangCinta
Bila memang benar ia adalah cinta, maka bahagia semakin menumbuhkan, ujian pun menguatkan #MemangCinta
Bila memang benar ia adalah cinta....

Rumah, 1 April 2014
#AprilMove

Jangan Ma(L)u Jual Tahu Sumedang

  • 0
Tahu Sumedang (Gambar: id.wikipedia.org)

Selama di Bandung saya seringkali melihat dan juga sesekali membeli Tahu Sumedang. Entah apa yang membuat tahu ini terkenal sebagai tahu yang khas, mungkin karena bentuknya yang mungil dan teksturnya yang lembut, entahlah yang jelas menurut saya Tahu yang satu ini unik.




Saya sempat berpikir, apakah tahu ini udah terkenal dari sananya (Sumedang), atau karena dibawa ke Bandung makanya jadi terkenal? Rasa penasaran saya itu pun terjawab setelah saya mampir ke Sumedang, beberapa hari yang lalu dalam perjalanan #‎TourBandungGresik.


Sudah saya duga, sepanjang jalan sumedang banyak sekali dijumpai penjual tahu. Tapi saya baru menyadari satu hal, di Sumedang jarang sekali orang menjual "Tahu Sumedang", kebanyakan menjual Tahu biasa.. Yah, bisa dibilang di Sumedang sendiri tidak ada Tahu Sumedang, yang ada hanya Tahu biasa.*Nangkep ngga maksud saya? hehe

Begitu juga ketika saya lewat Kota Tegal, sepanjang jalan jarang ditemui Warung Nasi Tegal, yang ada hanya warung makan biasa, ya tanpa embel-embel "Tegal". Mungkin, ini mah pendapat saya aja ya, di Tegal, Warung Tegal tidak seterkenal ketika diluar kota.Memang, bukan berarti di Tegal "Warung Nasi Tegal" tidak terkenal, atau malu kalau majang "Warung Tegal", tapi karena memang sudah jadi rahasia umum kalau kita orang Tegal dan buka warung nasi di Tegal, pasti jualnya masakan tegal. Kecuali yang dijual masakan sunda, baru warung itu bakal bernama "Warung Sunda", hehe.

Beda ceritanya ketika kita pergi ke luar Kota Tegal, kita tidak bisa lagi sekedar memberi nama "Warung Nasi", kalau maksud kita adalah menjual masakan tegal saja. Memang tidak salah, cuman kalau ada identitasnya orang jadi tahu dengan jelas kita jualan apa, dan bisa jadi orang lebih memilih untuk makan di warung kita karena tahu kita jual masakan ala tegal.

Warung Tegal diberi nama "Tegal" sebagai identitas agar orang tahu bahwa Warung nasi itu menjual masakan Tegal, dan biasanya penjualnya juga orang Tegal. Begitu juga Rumah makan padang, karena yang dijual masakan Padang.

Ketika wisatawan datang ke kota kita untuk mencicipi masakan atau membeli kerajinan dari daerah kita, biasanya mereka sangat senang dan rela membayar lebih mahal untuk sesuatu yang sebenarnya sudah biasa bagi kita. Kita yang terbiasa dengan barang itu kadang tidak menyadari nilainya yang tinggi, dan menganggapnya biasa saja. Sementara orang dari luar daerah justru melihatnya sebagai sesuatu yang langka dan berharga. Ya, karena memang mereka jarang sekali menemukannya, tidak seperti kita.

Mungkin itulah yang mengawali terkenalnya Tahu Sumedang, atau produk-produk lain dari daerah asalnya masing-masing. Awalnya, masyarakat menganggapnya biasa saja, padahal bisa jadi produk itu punya keunikan.

Untungnya, beberapa orang mulai menyadari keunikan itu dan mulai mencoba menjualnya di luar daerahnya. Awal-awal mungkin tidak laku, karena mungkin dianggap aneh dan tidak biasa, tapi justru karena aneh orang jadi penasaran dan lama-kelamaan mulai mengenalnya, hingga akhirnya barang itupun meledak di pasaran dan terkenal. Beruntunglah mereka.

Nah, kenapa saya tertarik untuk membahas soal mengenalkan keunikan dan menjualnya? Simpel saja, sebelum ada orang yang membuka warung nasi tegal, apa kita tahu seperti apa itu Warung Nasi Tegal? Tentu tidak, dan tidak akan kita jumpai warung tegal, yang ada ya warung nasi biasa, dengan menu daerah kita masing-masing. 

Begitulah, makanan yang saat ini kita lihat biasa, bisa jadi suatu saat jadi sangat terkenal. Perlu seseorang yang membawanya ke luar daerah dan mengenalkannya. Meskipun awalnya terlihat aneh, tapi kemudian jadi laku karena keunikannya. Semua itu terjadi karena si penjual berani mengenalkannya kepada orang di luar daerahnya. Kurang lebih begitu.

**
Saya coba mengambil inspirasi dari kisah Tahu Sumedang dan Warung Tegal tadi. Dimana kita tahu, Tahu Sumedang dan Warung Tegal punya keunikan masing-masing. Tahu Sumedang yang lembut dan renyah dengan bintil-bintilnya, juga Warung Tegal dengan etalase yang panjang dan menunya yang beraneka ragam dan bisa kita pilih sendiri. Ya, keduanya punya keunikan, dan keunikan itulah yang menjadikan mereka punya nilai jual.
Kalau saja orang-orang Tegal dulu tidak berani merantau dan mencoba menjual masakannya di tempat lain, mungkin saat ini kita tidak akan pernah menemukan Warung Tegal di daerah kita, karena hanya ada di Tegal. Atau, kita tidak akan pernah mengenal namanya Tahu Sumedang, jika orang Sumedang tidak berani mengenalkan tahu buatannya kepada orang dari luar Sumedang. Terlepas apakah mereka memberi keterangan Warung Tegal, Tahu Sumedang, atau tidak.
Setiap kita punya suatu kelebihan dan keunikan yang mungkin bagi kita biasa, tapi bisa jadi sesuatu yang hebat dan sangat bermanfaat bagi orang lain, hanya saja kita belum menyadarinya. Oleh karena itu kita perlu untuk betul-betul fokus dalam menemukan apa sebenarnya hal unik dalam diri kita, dan mulai berani bersaing di luar lingkungan kita, di luar hal yang kita anggap biasa. Jadikan sesuatu dalam diri kita yang tadinya biasa, menjadi luar biasa.

Misalnya, kita punya kebiasaan unik yang bagi kita biasa, tapi tidak sedikit teman-teman mengatakan 'Hebat', keren, atau bertanya ''Kok bisa??" Atau, kita biasa melakukan sesuatu yang tanpa kita sadari membuat orang sekitar kita sangat terbantu dan mengucapkan terimakasih, sementara kita sendiri heran dan berpikir "Perasaan biasa aja kok, semua juga bisa" padahal kenyataannya hanya kita yang bisa melakukannya, belum tentu orang lain bisa. Bisa jadi, itulah kelebihan kita. Nah, bisa jadi kelebihan dan keunikan itu kalau kita sempurnakan bisa menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain.

Jadi, ini bukan masalah bangga atau tidak, terkenal atau tidak, dengan memberi identitas sesuai asal daerah produk yang kita jual. Tapi soal bagaimana kita berani menjual keunikan lokal, kelebihan produk asli daerah kita. Bagaimana kita berani menawarkan kelebihan dan keunikan kita, untuk bisa memberi manfaat kepada orang lain :) 

Yuk kita temukan kelebihan dan keunikan dalam diri, dan mulai berbagi kemanfaatan kepada orang lain. Sama seperti saya, yang sedang berusaha mencari dan menyempurnakan keunikan dalam diri, mengasahnya, mengemasnya agar siap dipasarkan ke penjuru dunia.

Jadi, apa keunikan diri yang bisa kamu tawarkan kepada dunia? :D

Sumedang, 22 Maret 2014 16.15
-disempurnakan di Gresik, 27 Maret 2014 12.30

#‎BerlianDiri #‎JualIntan #‎AksiHebat

#GamusStory(3): Bertemu Teman Sebaya, Akhirnya

  • 0
Agustus 2010. Masa-masa menjadi anggota termuda pun akhirnya harus berakhir, karena mulai 5-7 Agustus 2010, mahasiswa baru udah pada muncul di IMT, ditandai dengan dimulainya Orientasi Kegiatan Mahasiswa Baru (OKMB). Disana dikenalin organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di IMT, termasuk GAMUS. Saya senyum-senyum aja karena udah kenal duluan sama yang presentasi.


Awalnya masih kurang kenal sama anak 2010, tapi semenjak negara api menyerang ditunjuk jadi ketua kelompok, mau ngga mau harus kenal sama anggotanya. Masih inget dulu di kelompok 17 riweuh bareng Ristika, Nurfatimah Indah (Iin) dkk soal tugas hari pertama, ketemu juga sama sahabat pena yang ngga sengaja kenalan di facebook. Dan subhanallah, ternyata pada akhirnya mereka semua aktif di GAMUS juga.

To Be Continued...

Negeri Punggung Awan,
di penghujung era 21 - 23.50

You can See it, When You Believe It

  • 0

Ada yang pernah nonton film 'Rise of The Guardians'? kalau ada yg pernah nonton, pasti masih ingat tentang Jack Frost dan Pitch Black yang menghadapi pertarungan sengit sepanjang cerita.

Ya, saya sempat menonton film ini dan menemukan banyak inspirasi di dalamnya, dan semoga bisa bermanfaat dengan membagikannya.

Rise of The Guardians menceritakan tentang bangkitnya para Guardians, yang bertugas untuk menjaga anak-anak agar bisa terus percaya kepada mimpinya, dan pastinya juga percaya kepada eksistensi mereka yang akan selalu berusaha menjalankan tugas tersebut. Para Guardians tersebut diantaranya adalah Santa Claus, Kelinci Paskah, Peri Gigi, dan Sand Man.

Di awal film dikisahkan seseorang yang terbangun di tengah danau es, ia dikenal dengan nama Jack Frost, karena ia muncul dari danau beku dan juga punya kekuatan untuk membekukan setiap benda yang disentuhnya, dengan bantuan tongkat ajaibnya.

Setiap Guardian selalu memiliki ciri khas, sesuatu yang spesial dalam dirinya, yang menjadikannya pantas untuk dipilih sebagai guardian. Seperti Santa Claus, yang mempunyai ciri khas (yang dia sebut 'center') sebagai seorang yang mempunya mata yang besar untuk bisa mengamati dunia yang luas, dengan mimpi-mimpi besar di dalamnya. Begitu juga dengan guardian lainnya.

Sedangkan Jack Frost, Ia sendiri pun tidak tahu siapa dia sebenarnya, dan bagaimana ia bisa punya kekuatan es yang luar biasa. Yang ia tahu adalah dia bisa bersenang-senang dengan kekuatannya itu. Namun kekuatannya itu tidak disimpannya sendiri, ia juga sering menggunakannya untuk sekedar iseng dan menghibur anak-anak di kota.

Diantara para Guardians lainnya, hanya ia satu-satunya yang tidak bisa dilihat oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga. Mereka semua tidak bisa melihatnya, karena mereka tidak percaya bahwa dia ada.Jack pun tidak mengerti kenapa hanya dia yang mengalami itu.

Tanpa diduga oleh Guardian lainnya, ia terpilih menjadi Guardian berikutnya yang ditunjuk untuk melawan Pitch Black (Tokoh yang mewakili rasa takut, kebencian, keterasingan). Ia tidak menyadari bahwa dirinya punya kekuatan besar yang bisa melawan serangan mimpi buruk dari tentara-tentara Pitch Black.

Singkat cerita, Pitch Black berhasil menebar teror keseluruh negeri dengan menanamkan mimpi buruk kepada anak-anak di seluruh dunia. Mimpi anak-anak itu yang awalnya berupa titik-titik cahaya di peta Guardian, perlahan menghilang hingga akhirnya hanya menyisakan satu cahaya saja.

Cahaya terakhir itu, adalah seorang anak bernama Jamie. Dia adalah anak yang punya keyakinan sangat kuat akan para Guardians. Namun, suatu ketika ia hampir putus asa, dan mulai tidak percaya dengan apa yang tadinya ia sangat yakini. Melihat hal itu, Jack pun tergerak untuk membantu anak itu mengembalikan keyakinannya. Ia pun menggunakan kekuatannya untuk menunjukkan bahwa apa yang Jamie yakini itu benar adanya.

Hebatnya, ia melakukan itu awalnya bukan untuk dirinya, tapi untuk Guardian lain. Tapi dari situ justru menjadi jalan ia menjadi dipercaya, dan bisa dilihat. Sebagai bonusnya, usahanya itu justru menjadi jalan anak itu menjadi percaya tentang eksistensi Jack Frost. Ia mulai menyebut namanya, semakin sering ia menyebutnya, ia semakin yakin akan keberadaannya. Dan akhirnya, anak itu pun bisa melihat Jack Frost di dekatnya.

Jack Frost yang awalnya tidak dianggap, tapi justru jadi pahlawan di akhir cerita. Ia pun akhirnya menyadari, bahwa hal spesial dari dirinya adalah "Fun" atau kesenangan. Ia mempunyai kekuatan besar yang bisa membuat setiap anak-anak yang terkena butiran es darinya akan menjadi bergembira, bahkan anak yang tadinya judes dan jahat sekalipun.

Jejak Pena - Inspirasi Selalu Menemukan Jalannya

  • 0
Alhamdulillah, kemarin melanjutkan sesi berburu inspirasi di TB Gunung Agung BIP. Awalnya merasa bosan dan suntuk karena seharian di rumah demi istirahat memulihkan badan yang sedikit meriang. Menjelang maghrib, saya putuskan untuk sedikit 'refreshing' dengan jalan-jalan ke BIP.

Rencana awal mau berburu di Gramedia Merdeka, tapi entah kenapa kaki tergerak untuk mampir ke BIP. Tepat 10 menit menjelang maghrib, saya menuju ke mushola BIP (yang sebenernya bisa disebut masjid) karena adem dan bersih. Beban-beban pun hilang, dan terasa lebih segar.

Selapas maghrib, saya lanjutkan berburu inspirasi ke TB Gunung Agung. Sambil sekelewat mampir ke XXI untuk lihat film yang masih tayang. Oh, ada 99CDLE, dkk. Sayang ngga bawa uang, jadi balik lagi deh, hehe. Akhirnya di Gunung Agung bisa baca beberapa buku yg ada di waiting list sebelumnya, plus dapat inspirasi dari beberapa buku seperti:
-Pernikahan Impian
-Simple Thinking about Blood Type
-Tausiyah Cinta

 1. Pernikahan Impian
Buku "Pernikahan Impian"
(Image: twitter profile @kang_abay)
Buku ini merupakan kumpulan kisah-kisah inspiratif dari para penulisnya yang sebagian besar telah menikah. Diantaranya: Kang abay (@Kang_abay), Kang Canun & Teh Fufu, Pak Indra & Bunda Noveldy, dsb.

Di dalamnya sarat akan hikmah tentang cinta, jodoh, yang tidak hanya bikin galau, tetapi juga bikin semangat.

Karena cinta dan jodoh tidak melulu soal kita dan dia, tapi juga Dia yang sejatinya Sang Maha Cinta. Bagaimana cinta yang tumbuh diantara sesama manusia, justru menjadi semakin menambah cinta kita kepada-Nya. Mengikhlaskan cinta karena-Nya, menjemput jodoh hingga bahagia di sruga-Nya kelak.

Terharu dan merinding ketika baca kisah pertemuan kang Abay (Bayu Adhitama) dan Istrinya dalam buku Pernikahan Impian, mirip banget dan sebagian cerita beliau juga serupa dengan apa yg saya alami.
Semoga suatu saat bisa sharing langsung dengan beliau.


2. Simple Thinking About Blood Type (Park Young Sun)
Buku "Simple Thinking About Blood Type"
(Image: www.goodreads.com)

Buku ini memberikan gambaran sekaligus penjelasan tentang berbagai tipe-tipe manusia berdasarkan golongan darahnya, yaitu: A, B, O, dan AB.

Deskripsi singkat disertai ilustrasi yang menarik mampu menambah wawasan sekaligus menghibur para pembacanya. Anda akan tiba-tiba tersenyum sendiri dan berkata dalam hati, membenarkan apa yang dijelaskan dalam buku tersebut.

Namun sayang, di dalam buku ini belum dijelaskan secara detail penelitian atau dasar ilmiah dari penggolongan karakter manusia berdasarkan tipe darah. Gambaran yang diberikan mungkin mewakili sebagian besar saja secara umum, karena sesungguhnya karakter manusia tidak ada satupun yang sama, semuanya berbeda dan unik.



Senyum-senyum sendiri sewaktu baca buku tentang tipe darah ini. "Oh, ternyata gitu.." "Wah, ini saya banget!" "Bener juga ya.." dan perasaan lain yang semisal, bahwa kepribadian itu berbeda-beda di setiap gol,darah (Meskipun mungkin tidak sepenuhnya benar, entah apakah sudah ada penelitian ilmiahnya. Tapi, seru juga untuk bahan pertimbangan diri sendiri. Juga referensi untuk cari calon pasangan #eh)

3. Tausiyah Cinta (@tausiyahku)
Buku "Tausiyah Cinta"
(image: antiliberalnews.com)

Yang terakhir, buku tausiyah cinta. Buku ini sangat recommended buat yang sedang galau mencari cinta, atau yang sedang dalam masa pemulihan karena trauma akibat cinta.

Tidak terlalu menggurui, tapi tidak juga membuat galau. Tulisannya ringan dan enak dibaca. Namun mungkin di beberapa halaman akan terasa sedikit "garing" karena tata letaknya yang sederhana dan terlalu banyak tulisan.

Very undefined, tidak terdeskripsikan. Waktu seakan berhenti selama saya membaca satu demi satu inspirasi di dalamnya. Dan benar, namanya tausiyah cinta, sangat ngena membahas beragam dinamika cinta. Rasanya babak belur sehabis baca bukunya. Beberapa nonjok, nampar, plus menusuk yang membuat diri ini harus terus memperbaiki diri.

Ngga kerasa 2 jam berlalu dan harus pulang karena tagihan parkir bisa membengkak *hehe, alasannya ngga banget. Kata slank: "Kamu harus cepat pulang, jangan terlambat sampai di rumah" (ciye yg habis dinner bareng slank..:D)

Semoga selalu diberi kekuatan dan kesempatan untuk bisa terus menangkap hikmah dibalik setiap kejadian, dan berbagi inspirasi kepada sesama.

#JejakPena - 9 Maret 2014

Bumi dan Langit Saling Cemburu


Bumi dan Langit, mereka saling mencemburu. Mendekat ke langit, bumi tak mau. Mendekat ke bumi, langit kan membakarmu #SajakPena

Semakin dekat kau dengan langit, semakin kuat bumi kan menarikmu kembali #SajakPena

Semakin cepat kau dekati bumi, semakin cepat langit kan membakarmu. Kau akan hancur sebelum sempat menyentuh bumi #SajakPena

Belajarlah dari langit. Teduh dan lembut menyelimuti bumi, namun mampu mengusir meteor pengganggu. Merubahnya menjadi abu #SajakPena

Belajarlah dari bumi. Besar dan kuat, namun tak mudah marah meski petir menyambar, badai menampar. Ia setia mendengar #SajakPena


-Iqbal Arubi-

13 Maret 2013

Plug n Read, Mind Reading Device

  • 0
Every morning, i wake up and looking at myself in the mirror just to come up with conclusion that i'm not Toby Logan who can read my own mind. I wish that i could read my own mind, at least once.

I had a problem, really serious problem –for me, at least. It was started since my late 13, when i had difficulties to express my feelings and said things that came up to my mind. For instance, when i was having lot of things to discuss with my friend, or needed to talk about something to my parents,  nothing came out from my mouth, only a whisper of silence.

That drove me crazy and finally i end up with myself crying in my bed, blaming myself for being so stupid, and sometimes feeling sorry for people because i was so stupid that i always keep silence while hoping that somebody will understand what I've been thinking. At least, what i need is that someone approach me and asking what happened, it’s that simple. Unfortunately, nobody happened to do that. “Why don’t they understand??”, that was the question i always been address to myself. So Selfish, right?

The good thing is, it was slowly changed after several years of joining school organization and various activities, that teach me a lot of how to communicate with others and expressing my opinions through discussions and presentations. That helped a lot, but still the main problem remains, not all ideas can come up to the real world.

Solving problems and analyzing things, that’s different story. When i was concerning on something, to cope with my analysis, I also  have a lot of visual flying around my head, and somehow feeling the sensation of particular occurrence. It can be an event happened today, or something that i didn't remember that it was really happened.

Other than visuals, i also heard voices. Can be from my own voices, or another person’s voices. I may have little conversation with my self, i called it ‘virtual me’. That gives advises, opinions, or sometimes yelled me out for some reasons. Frankly speaking, i’m used to talk to myself, like i talk to another person. I really ‘heard’ that conversation, just like how people talks. I can notice the tones, loudness, expression, etc. Just like normal conversation, but the difference is that it takes place in my own head.

Well, that’s only a part of the story. For the time being, I've been able to manage that situation, by trying to speaking it loud and recording it. –Of course when there’s nobody around.  Sometimes, i write it down on my cellphone or my computer. Not really worked it out, but at least it can save most of the information.

The problem is, every time i want to say or write down what i was thinking, it start to disappear by the time I transferred the words outside of my brain. Like writing down a running text news, you’ll missed some words that you didn't notice while you’re writing, Well, it’s not always have to be words, it can also be in a form of images, visuals, even voices, running text, or sense of feeling that i unable to describe. Voices and text would be easy, but images and feeling? Uh-oh.. diffiicult.

I always been thinking about the possibility that i can record those conversation, so that i can recall to it anytime, and if it’s necessary, other people can follow it too. Isn't it beneficial, that i can share my thoughts before it’s gone and reside as a atomic memory?

I wonder if somehow, there would be a device that can ‘fetch’ messages inside my brain, and pull it out to the external world. Like the one i saw on movie, by putting helmet-look-like thing, then connect it to a computer, and start reading the brain memory. Plug n Read, suppose.
I wonder it might be wonderful that i can type directly from my brain, by thinking out inside, without having to grab a pencil or type it on my notebook. Just straight from my head. Or, i can generate a nice short movie from my own imagination, without having to use expensive and high-end animation software. Not to mention the long time needed for rendering and movie format compression.

That would be great i think, since we can build up a story or books faster than writing it up manually. Rather than keep losing the ideas while writing or saying it, i’d rather think of it and let the device type it for me. Let your ideas flows, and never afraid of losing it. You decide what to do next, later on. Wonderful, right?

February 24, 2014 20:55
–Would it be happen in 2055? Hope So :D

*Maaf jika tulisan kali ini ditulis dalam bahasa inggris. entah kenapa terkadang saya lebih nyaman menyampaikan hal yang berkaitan dengan perasaan dengan menuliskannya dalam bahasa inggris. Mungkin karena terbiasa nonton film luar kali ya, hehe. Boleh kan? sekalian belajar bahasa inggris juga :D

#GamusStory(2): Dewasa Sebelum Waktunya

  • 0
Juli 2010Saya yang belum genap satu minggu menginjakkan kaki di kampus ini, tentu saja penasaran dan ingin menjelajah kampus yang nantinya akan jadi salah satu tempat bersejarah dalam hidup. Saya pun penasaran dan ingin menjelajah kemana-mana. Akhirnya cari-cari info biar nambah wawasan.

Awalnya cukup sulit mendapat informasi di kampus 'elit' ini (kalau tidak boleh disebut terpencil), kampus Setiabudhi yang letaknya di pinggir jalan besar dan hanya berupa gedung 3 lantai, lebih mirip seperti tempat kursus (that's what they said) karena memang jumlah mahasiswanya yang sedikit, hanya sekitar 60 orang (saat itu). Terlebih setelah kepindahan mahasiswa FMDK (yang kemudian berubah menjadi SKM) yang dulunya menghuni kampus ini dengan beragam aktifitasnya, menuju kampus dayeuhkolot, praktis sumber informasi pun ikut berpindah dan akses informasi menjadi sedikit terkendala. Kalau ada apa-apa harus pergi ke kampus Gegerkalong dulu. Tapi bersyukur akhirnya saya jadi tahu banyak info kegiatan kampus dari kunjungan rutin saya ke kampus Gegerkalong.

Rencana Allah memang indah, keinginan saya yang cukup besar untuk bergabung dengan GAMUS pun dijawab oleh Allah tidak lama setelah hari pertama kuliah.  Tepatnya tanggal 6 Juli 2010. Meskipun informasi cukup jarang dan saya pun belum mengenal siapa-siapa kala itu (selain teman sekelas tentunya), informasi tentang kajian GAMUS pun akhirnya saya dapat, entah dapat info dari mana, saya tahu kalau GAMUS ngadain kajian, ya udah saya ikutan.

Masjid al-Murosalah, saksi pertemuan pertama dengan GAMUS (Foto: Afdilla Gheivary)

Sabtu, 10 Juli 2010 - Masjid al-Murosalah Telkom Learning Center menjadi saksi pertemuan saya dengan keluarga baru saya di Bandung. Bukan, bukan ketemu dengan keluarga seorang akhwat alias saya melangsungkan akad nikah, tapi sebuah pertemuan dengan keluarga muslim IM Telkom (GAMUS). Keluarga yang sejak sebelum kuliah sudah saya impikan dan nantikan. Hari itu, atas kehendak Allah, saya pun dipertemukan dengan kakak-kakak dari GAMUS dalam sebuah Kajian, yang saat itu masih dalam suasana Isra' Mi'raj.

Pagi harinya, saya bersiap untuk berangkat menuju Kampus Gegerkalong, kurang lebih sekitar 90 menit waktu tempuh dari tempat paman saya di Ujungberung, yang kala itu menjadi tempat tinggal saya sementara selama saya kuliah di Bandung. Paman pun sempat heran, libur gini kok pagi-pagi mau ke kampus, saya pun memberitahu bahwa saya mau ikut pengajian, dan paman pun mengijinkan.

Jarak yang jauh tak menghalangi niat saya untuk datang ke kajian itu, sekalipun jalanan macet dan berdebu, saya tetap semangat untuk pergi kesana, karena saya sangat ingin bergabung dan bertemu dengan keluarga baru. Sesampainya disana, saya memarkir motor di kampus dan kemudian berjalan ke Masjid Murosalah, tempat diadakannya kajian, sendirian, ngga tahu apa-apa. Jam menunjukkan pukul 10.15, nampaknya saya terlambat karena acara dimulai pukul 09.00.

Ruang Akuarium, ruang serbaguna Masjid Murosalah. Tempat diadakannya kajian.

Sempat kebingungan mencari pintu masuk masjid itu, karena sebagian besar terbuat dari kaca, dan sekilas sulit dibedakan mana jendela mana pintunya. Saya coba buka salah satu pintu, ternyata dikunci. Sembari berjalan saya melihat kakak-kakak itu sedang mengikuti kajian, saya pun menjadi agak sungkan dan hampir tidak jadi masuk. Tapi saya ingat, untuk apa saya jauh-jauh datang kesini kalau tidak jadi ikut? Akhirnya saya pun menemukan pintu masuknya setelah berjalan memutari masjid itu. Untunglah rasa takut sedikit berkurang karena pintunya berada cukup jauh dari kerumunan dan saya pun masuk dari belakang tanpa terlihat mencolok.

Saya yang saat itu masih cupu dan polos, tidak menyangka akan menjadi anggota termuda saat itu, karena bisa dibilang saya adalah satu-satunya mahasiswa baru yang pertama kali ikut kegiatan GAMUS kala itu. Bagaimana tidak, sebab saat hampir seluruh mahasiswa belum melakukan kegiatan di kampus, karena sedang dalam masa liburan semester dan bagi angkatan 2010 pun memang belum waktunya masuk, hanya jurusan saya saja yang sudah memulai perkuliahan.

Selama kajian saya liatin orang yang ada di depan, kayaknya itu moderatornya, kelihatan ramah dan alim banget. Masih ingat sama baju koko birunya dan senyumnya yang khas. Semoga suatu saat bisa kenalan.

Di sela-sela kajian, tampak beberapa peserta yang sesekali menengok kearah saya dengan wajah sedikit heran, mungkin karena saya adalah orang asing dan belum memperkenalkan diri.

Beres kajian, mulailah sesi tanya jawab. Saya nyiapin buku catatan, sok rajin sambil masih malu-malu karena belum kenal siapa-siapa. Akhirnya suasana pun cair gara-gara ada ‘piring terbang’ lewat, seorang peserta pun nawarin saya makanan ringan dan ngajak kenalan.

Semua berjalan seperti biasa, saya sebutin nama dan beliau juga nyebutin nama, sampai ke pertanyaan darimana dan angkatan berapa, mulai identitas saya terbongkar. Saya juga sedikit canggung, karena beliau angkatan 2008 sementara saya 2010. Kakak itu langsung heran, "2010 emang udah masuk ya?" saya pun jawab, "iya jurusan saya udah masuk duluan, kak". Saya yang cupu dan polos ini, ngga nyangka bakal jadi anggota termuda, karena saya satu-satunya maba yang ikut kegiatan GAMUS kala itu. Ya iyalah, orang belum pada masuk, paling yang SP aja. Jurusan saya saja yang kerajinan, udah kuliah duluan.

Ngomong-ngomong soal jurusan, tanda tanya pun semakin membesar ketika peserta lain yang duduk tidak jauh dari saya penasaran dan ikut bertanya, "jurusan mana?" Saya jawab, "MBTI Internasional". Dan kali ini yang heran tidak hanya satu orang, tapi banyak, dengan pertanyaan yang sama "emang ada ya jurusan MBTI internasional?". Deg, saya pun semakin sungkan tidak karuan, apalagi ditambah perbincangan yang ramai di seberang sana, peserta dari kalangan mbak-mbak juga ikut nimbrung dengan topik yang sama. Digosipin dah..

Keributan itu pun sedikit teratasi setelah kakak yang di depan tadi berusaha menenangkan dan meminta peserta untuk fokus karena kajian sudah selesai dan akan ditutup untuk bersiap-siap shalat dzhuhur. Benar-benar terkesan dengan kakak yang satu ini, dengan bijaksananya menyelamatkan saya dari suasana yang cukup menegangkan.

Hari itu, saya ketemu dengan kakak-kakak GAMUS yang di kemudian hari menjadi orang-orang hebat yang menginspirasi, yaitu: Kang Afdil, Bayu, Wijang, Ika, Lutfi, Angki, dan banyak lagi. Khususnya Kang Adi Susanto, sang moderator yang belakangan saya baru tahu ternyata beliau itu Presiden alias Ketua GAMUS saat itu. Rasanya jadi dewasa lebih cepat, karena temenan sama orang-orang yang jauh, jauh lebih dewasa. Rasanya beruntung dan bersyukur banget. Semenjak saat itu, saya sering mampir ke sekre GAMUS di Gegerkalong, bahkan sering nginep di sana, sampai sekarang, hehe.

**

To Be Continued... Part 3: Bertemu Teman Sebaya, Akhirnya...

#GamusStory(1): Awal Perjumpaan Dengan Gamus

Bismillahirrahmanirrahim..



Saat membaca tulisan ini, mungkin sahabat telah mencapai separuh dari seluruh perjalanan kisah-kisah sahabat GAMUS yang tak terlupakan, atau bahkan baru saja memulainya.

Entah dimanapun posisi kita sekarang, bukan sebuah kebetulan bahwa kita semua dipertemukan pada halaman ini, karena saya yakin bahwa satu-satunya sebab yang mengantarkan sahabat membaca tulisan ini adalah takdir.

Ya, bukan karena bagus dan menariknya tulisan ini, apalagi jika lantaran saya adalah seorang (yang katanya) penulis, meskipun saya juga sedang berusaha menjadi seorang penulis. Semoga dari tulisan yang sederhana ini saya bisa menjadi lebih baik dari apa yang sahabat bayangkan.


Inilah sedikit kisah perjalanan seorang pengelana terasing, yang menemukan peradabadan, hingga akhirnya kembali terasing.

**

Awal perjumpaan dengan GAMUS

Layaknya seorang yang hendak pergi ke sebuah tempat yang asing, pastilah ada kekhawatiran tentang bagaimana nasib saya di tempat yang belum pernah saya kenal sebelumnya, tempat dimana saya mungkin tidak mengenal siapa-siapa, tempat dimana saya tidak tahu harus berbuat apa.

Meskipun sejak kecil saya sudah cukup akrab dengan Bandung karena setiap momen lebaran selalu ada agenda silaturahim ke kerabat-kerabat di sini, tentunya pengalaman semasa kecil dengan apa yang akan dialami nanti sebagai Mahasiswa tidak bisa disamakan.

Banyak sekali pertanyaan dalam diri: "Apakah saya bisa bertahan disini?", "Apakah saya akan bertemu dengan orang-orang yang ramah dan bisa membantu saya?" dan kekhawatiran-kekhawatiran lain yang saling bermunculan kala itu. Tidak lain karena saya adalah satu-satunya siswa dari SMA 1 Gresik yang masuk ke IMT pada tahun itu, di jurusan yang masih terbilang 'baru'.

Latar belakang saya sebagai pengurus Remaja Masjid (remas) yang sehari-hari nongkrong di masjid dan sekretariat DKM, menggerakkan saya untuk pergi mencari 'pelabuhan' baru tempat nongkrong, entah masjid atau syukur-syukur ada semacam Remas-nya. Minimal supaya bisa berduaan dengan 'pacar' saya 'Asri' -yang atas restu dari orang tua, dia saya bawa untuk menemani perjuangan di kota Bandung. Oh ya, Asri ini sebutan untuk laptop Acer saya ya, jangan salah paham, hehe

Jujur, apa yang ada dalam benak saya tentang organisasi keislaman di kampus hampir sebagian besar adalah gambaran seram dan dekat kepada paradigma 'aliran aneh', Saya sendiri menyadari banyak alumni yang berubah drastis setelah menjalani hidup di kampus, baik pemikiran maupun tingkah lakunya. Beda banget dari yang dulu dikenal.

Menjelang masa-masa akhir SMA, biasanya beberapa saat setelah UN selalu diadakan Kajian Kampus oleh para alumni Remas yang isinya membahas tentang kehidupan kampus; dan sebagai suplemennya, dibahas juga tentang organisasi-organisasi dan aliran-aliran Islam yang bakal ditemui di dunia kampus.

Tentu saja acara ini menjadi agenda yang sangat penting dan cukup menyita banyak perhatian, terlebih lagi ketika maraknya isu-isu Bom teroris yang dikaitkan dengan aliran-aliran yang dianggap 'menyimpang', dan merebaknya kasus NII yang dikabarkan juga salah satu pusat penyebarannya berada di Bandung. Kakak-kakak alumni pun pastinya tidak ingin adik-adiknya terpengaruh dan terjerumus kedalamnya. Hal ini membuat saya dan teman-teman sedikit 'paranoid' dan berhati-hati, kalau bisa mah, gak usah ikutan yang gitu-gitu.

Selain IM Telkom, sebenarnya saat itu saya punya beberapa pilihan kampus, yaitu UNIKOM dan UNAIR. Namun, setelah saya istikharah dan berdiskusi dengan orang tua juga saudara, akhirnya saya pun mantap memilih IM Telkom. Dari situ, saya mulai mempelajari semuanya tentang IMT, mulai dari sejarahnya, prestasinya, hingga unit-unit kegiatan yang ada dalamnya. Sebagian besar saya dapat dari hasil browsing dan tanya-tanya ke alumni yang juga sekolah disana, beruntung ada alumni, dan juga saudara sepupu saya yang merupakan mahasiswi ITT (sekarang sudah lulus).

Dengan bekal informasi yang berhasil saya dapatkan di website IMT, saya tahu ternyata disini ada organisasi sejenis Remas, semacam komunitas Mahasiswa Muslim. Saya pun tertarik dan mulai mencari informasi lebih dalam. Kali-kali bisa gabung. Awalnya khawatir juga, jangan-jangan sama ama yang lain. 

Setelah saya pelajari akhirnya kekhawatiran saya di awal sedikit sirna karena komunitas itu kurang lebih sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan saya. Alhamdulillah, ngga seseram yang dikira, di sana lebih banyak kegiatan kekeluargaan, perayaan hari besar Islam, event-event yang menarik, dsb. Terlihat dari profil yang dijelaskan, dan foto-foto kegiatan yang ada di blog resminya, menunjukkan suasana yang hampir sama dengan yang biasa saya rasakan ketika di SMA. Salah satunya yang paling menarik adalah momen makan bareng di satu tempat, yang kalau di daerah saya disebut talaman.

Meskipun belum sepenuhnya yakin bakal cocok di sana, tapi prasangka baik aja dulu. Siapa tahu bener. "Alhamdulillah, ternyata ada keluarga seperti remas disini", pikirku kala itu. Ya, nama organisasi itu Keluarga Muslim IM Telkom, yang disingkat GAMUS.

Keluarga Muslim Institut Manajemen Telkom (GAMUS)
**
Baca cerita selanjutnya:

Puisiku Untukmu


Kamu, yang selalu hadir dalam mimpiku
Mengisi hampir seluruh pikiranku
Menemani di setiap sisi kehidupanku

Kamu, yang selalu menasihatiku
Mengingatkanku akan Tuhanku
Mengajarkanku dan membimbingku
Ke jalan yang diridhai Tuhanku

Empat tahun sudah kita jalani
Mengikat janji, menyatukan visi
Suka duka telah kita lalui
Demi menggapai surga ilahi

Dan, disinilah aku
tempat pertama kali kita bertemu
Di sebuah kampus yang berwarna biru
seperti dirimu

Sudah sejak lama ku menantikanmu
sejak pertama ku mengenalmu
dari seseorang bernama Wajah Buku, yang bermata biru

Seiring berjalannya waktu, aku pun semakin tahu
Semakin ku mengenalmu
semakin besar rinduku padamu.

Mungkin kau tak tahu
Aku hidup sendiri, tanpa keluarga di sampingku
Itulah kenapa, betapa besar pengharapanku
Bisa membangun keluarga bersamamu

**

Aku pun menunggu
berdamai dengan waktu
Seraya berdoa Allah kan memberi restu
Untuk berjumpa denganmu

Hingga tiba suatu hari
Allah menakdirkan pertemuan itu
Sesuai janjiku padamu, yang disaksikan oleh Wajah Buku
Dengan izin allah, aku pun menemuimu di hari itu

Maafkan aku
karena terlambat di hari itu
Semoga kau tidak terlalu lama menunggu
Seperti aku yang menantikanmu

Kubuka pintu, masuk ke ruangan itu
Kuamati orang-orang di sekelilingku
Namun dirimu tak nampak olehku
Rasa sedih pun menghantuiku
Bagaimana bisa aku menemukanmu?
Sementara wajahmu pun aku tak tahu
Hanya namamu, yang jadi petunjukku
Tuk temukan dirimu

Awalnya ku ragu, benarkah itu dirimu
Sebab kau diam membisu, tak bicara padaku
Ingin ku menyapamu, tapi tak mampu
Karena aku malu, jika ternyata kau pun tak mengenalku

Tiada terduga olehku
Kau pun menghampiriku
dengan senyuman manismu
ternyata kau sudah tahu, itu aku

Bertemu untuk berpisah
ungkapan yang tepat untuk hari itu
Berjumpa sesaat, tak sempat berbincang
lalu berpisah dengan jalan masing-masing
Hingga akhirnya, kita kembali dipertemukan
dalam peristiwa penting, yang kan selalu dikenang
Dalam waktu singkat, ku telah merasa begitu dekat
Mungkinkah, Jodoh adalah kata yang tepat

**

Aku yang berada di tengah-tengah jalan takdirmu
Selalu saja datang mengganggu
Mencari celah untuk bisa bercengkrama denganmu
Tak peduli jarak dan waktu
Hingga semua orang pun menegurku

Aku tahu, aku keliru
Aku pun tahu, kau tak tega melihatku
Tapi satu yang kau harus tahu
Aku tak bisa jauh darimu

Selamat tinggal cinta pertamaku
Meski kini kau tak lagi bersamaku
Namamu akan selalu ada dalam hatiku
GAMUS IM Telkom ku

Sampai jumpa keluarga pertamaku
Selamat menjalani hidupmu yang baru
Walau kelak kau tak lagi seperti dulu
Wajahmu yang biru, mungkin jadi merah kelabu

Tapi berjanjilah padaku
Kau kan tetap selalu Biru
Sebiru hari itu, meskipun tanpaku
Karena biru, adalah dirimu

Sekre Gerlong, 7 Feb 2014 - 09.00 WIB
Iqbal Arubi

Popular posts